Paradoks Alam Semesta dan Manusia
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Suhu bumi semakin naik. Sejumlah negara dihantam gelombang panas. Seluruh program untuk menghambat pemanasan global telah gagal. Air tanah terus menyusut. Mengapa manusia terus saja berlomba dengan kekayaan dan kekuasaan?
Para ilmuwan melakukan riset ke dalam bumi dan ke ruang angkasa. Hasilnya, alam semesta ini akan hancur. Hari Kiamat itu pasti terjadi. Namun, manusia terus memburu memuaskan nafsu dan angkara murkanya. Berbangga dengan yang telah dihimpunnya.
Berbisnis masih untuk mengembangkan bisnisnya. Berbisnis masih untuk menghimpun kekayaan dan kebanggaan. Berkuasa masih ingin melanggengkan kekuasaannya. Berkuasa masih untuk menjarah kekayaan rakyat dan negerinya.
Gaya hidupnya, seolah bumi ini abadi. Seolah kesenangan dan ketenaran itu langgeng. Seolah seluruh hidup sesuai dengan keinginan egonya.
Manusia penghuni alam semesta. Saat alam semesta menuju kehancuran, mengapa penghuninya merasa hidupnya abadi? Saat alam semesta pasti hancur, mengapa manusia tak melihat tanda-tanda kehancurannya?
Manusia saling menghancurkan dan bersaing. Saling berebut dan membunuh. Saling berselisih dan bertengkar? Mengapa tidak bersinergi? Mengapa tidak mencari titik fokus? Mengapa merasa alam semesta ini terbatas bukan berlimpah? Pada bila berhasil mengungguli semuanya pun, akan hancur pula.
Sebuah kenyataan yang paradoks antara manusia dan alam semesta. Penghuninya merasa abadi, padahal tempat yang dihuninya, alam semesta, sedang menuju kehancuran. Betapa bodohnya manusia.
0 komentar: