Mengasah Ketawakalan Dari Berkebun
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Berkebun berarti mengasah ketawakalan dan keridhaan. Bukankah tumbuhan tidak berakal? Bukankah tumbuhan hanya bertasbih dan bersujud saja? Mereka fokus pada yang harus dilakukannya saja. Faktanya, yang dibutuhkan sudah disediakan oleh Allah.
Tumbuhan butuh air? Allah menyediakan air hujan. Air dari langit turun. Dari bumi, memancar dengan sendirinya. Dari udara, Terciptalah embun.
Butuh panas? Allah menyediakan teriknya matahari dan energi panas dari bumi. Tanah menyimpan energi panas untuk sementara waktu. Jadi, saat malam yang dingin, tanah masih menyediakan kehangatan.
Butuh makanan? Dedaunan yang basah dikeringkan oleh matahari. Dibusukan oleh iklim yang lembab. Diurai oleh hewan tanah. Jadilah serpihan berbentuk abu. Apakah yang melakukan tumbuhan itu sendiri?
Butuh kenyamanan? Allah menciptakan tanah yang mudah digemburkan. Berpori sehingga yang berasal dari langit bisa disimpan. Akarnya, mudah menggenggam agar bisa tumbuh tinggi. Apakah semua rekayasa tumbuhan?
Butuh naungan? Allah menggerakkan awan-awan. Yang terik menjadi teduh. Butuh kesegaran? Allah menghembuskan angin. Tumbuhan hanya fokus menjalani visi hidupnya. Bertawakal dan ridha menjalani takdirnya. Apakah berakhir buruk?
Tumbuhan yang dibiarkan oleh manusia di hutan dan pegunungan, justru hidup dengan subur dan indah. Tumbuhan pertanian yang selalu diurus manusia justru banyak yang berguguran. Mengapa? Manusia sombong. Merasa serba bisa mengurus. Padahal semuanya rekayasa Allah.
0 komentar: