Konservasi Nanas di Kampungku
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Mencoba mengumpulkan bibit nanas dari kampungku untuk dibudidayakan di kebun Sukabumi. Semoga kelak menjadi sejarah seperti nanas madu Pemalang yang sebenarnya dari Bogor. Bagaimana Nanas Bogor sekarang jadi salah satu penggerak ekonomi di Pemalang?
Seorang kiyai dari Pemalang melakukan perjalanan wisata religi ke Bogor pada 1942. Pulangnya membawa oleh-oleh buah Nanas. Sampai di Pemalang, mahkotanya dibuang ke kebun. Ternyata tumbuh dengan baik. Semakin lama semakin banyak, lalu ditanam di lahan kritis agar tidak erosi.
Setelah ditanam, ternyata memiliki rasa yang berbeda dengan tempat asalnya, Bogor. Dengan perbedaan geografi, ternyata rasanya menjadi lebih manis dan lebih kering. Akhirnya, diberi nama nanas Madu. Sekarang nanas yang dibawa oleh seorang kiyai telah menghidupi penduduk Pemalang dari generasi ke generasi.
Bagi saya, nanas memiliki sejarah tersendiri. Dahulu, di kampungku masih banyak kebun yang luas. Setiap di perbatasan kebun atau tepian jalan selalu ditanami nanas sehingga setiap jengkal tanah menjadi produktif.
Setiap pohon yang berbuah pun, selalu ditaruh tebangan pohon nanas di batangnya agar anak-anak tidak mencuri buahnya. Sehabis mengambil kayu bakar di kebun, seringkali kali mengambil daun muda nanas untuk dimakan agar tidak kelaparan.
Sekarang ada bagian kampungku yang akan terkena gusuran jalan tol. Di daerah gusuran tersebut banyak sekali penduduk yang menanam nanas. Anggap saja, memindahkan nanas ke Sukabumi sebagai upaya penyelamatan pohon nanas tersebut. Seperti penyelamatan yang dilakukan Nabi Nuh di saat banjir.
Menanam nanas di tebingan kebun di Sukabumi sebuah upaya agar tidak longsor tanahnya. Pada sisi lain, tanah menjadi lebih produktif karena bisa memanen nanas. Semakin beragam yang bisa dihasilkan dalam satu kebun.
0 komentar: