Keprihatinan Mendalam
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Demokrasi apakah masih bisa diandalkan untuk membangun peradaban? Pemilu selalu dicurangi. Yang curang, dialah pemenangnya. Bila pemenangnya tak sesuai dengan harapan Barat, dianulir sepihak. Bila gerakan masyarakatnya tak sesuai agenda Barat, diberangus. Perhatikan demonstrasi pro Palestina di Amerika?
Kapitalisme apakah bisa menjadi dasar membangun peradaban? Manusia dijadikan alat produksi. Kekayaan alam negara miskin dikuras ke negara kaya. Penguasa dan pengusaha hanya menguras kekayaan negara untuk mereka sendiri. Berkuasa hanya berniat untuk korupsi.
Moralitas kalah hanya dengan sesuap nasi. Kecerdasan dan keilmuan, kalah hanya dengan gempuran seonggok uang. Darimana lagi melakukan perbaikan? Saat dunia jadi tujuan, tak ada lagi kebaikan di dunia ini.
Sungai diserobot. Jalan diserobot. Hutan pun diserobot. Dari kelas bawah hingga pejabat dan pengusaha menyerobot yang bukan miliknya. Inilah sumber kesemrawutan. Para artis dan ilmuwan sudah menjadi bagiannya juga. Ulama tertentu pun mengesahkannya pula.
Di level internasional, pelaku genosida, penjajah Israel, justru ditolong dengan kucuran dana dan senjata. Negara tetangganya, yang merupakan mercusuar keilmuan Islam dan simbol keimanan, juga tak peduli. Justru memenjarakan mereka yang pro Palestina. Dimana akal sehat dan nurani pemimpin dunia?
Muslimin sendiri saling berkelahi. Penguasa dengan penguasa. Ulama dengan ulama. Mazhab dengan mazhab. Ilmu dengan ilmu. Muslimin bising dengan omongan dan argumentasi. Inikah wajah umat terbaik?
Padahal kebaikan bumi ini ada pada genggaman muslimin. Muslimin yang seharusnya memperbaiki peradaban justru membuang resep tersebut. Padahal hanya muslimin yang bisa melakukannya. Apakah generasi ini harus diperbaharui?
0 komentar: