Tuntaskan Pertanggungjawaban Harta di Dunia
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Harta yang disimpan tidak berguna. Hanya menjadi tumpukan kertas, logam dan batu yang keras. Namun mengapa manusia saling berbangga dengannya? Saling berbangga dengan besarnya asset, padahal semuanya hanya persepsi.
Ada yang ingin menjual rumahnya seharga puluhan milyar. Tidak terjual merasa tersiksa. Padahal dahulu saat membangunnya menjadi kebanggaan, lambang harga diri dan kemuliaan. Sekarang berkebalikan. Secepat itu dunia bertolak belakang.
Saat sakit segala harta menjadi tak berharga. Saat sedih dan gelisah, semuanya tak berarti. Namun mengapa justru terus berbangga dengan tumpukan asset? Kapan manusia merasa asset adalah penyakit bukan kebanggaan?
Rasulullah saw justru gelisah bila masih ada asset yang menganggur di rumahnya. Para Sahabat membatasi asset yang menganggur hanya untuk beberapa hari saja. Sedangkan kita menyimpan untuk 7 turunan.
Harta yang menganggur akan dimintai pertanggungjawaban. Maka salurkan dan distribusikan. Esok hari, rezeki sudah menanti. Yang membuat harta menganggur hanya khayalan ketakutan dan tidak yakin dengan janji Allah.
Ingin sehat, distribusikan harta. Ingin sukses dan bahagia, distribusikan harta. Ingin tumbuh kekayaannya, distribusikan harta. Ingin tentram, distribusikan harta. Harta menganggur adalah beban hidup.
Bila mendapatkan sesuatu, segera distribusikan ke pos-posnya. Itulah cara melepaskan pertanggungjawaban harta di akhirat. Pertanggungjawaban harta harus tuntas di dunia, jangan dibawa ke akhirat.
0 komentar: