Memperbaiki Keadaan Dengan Menanam Benih
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Menurut Dr Yusuf Al-Qardawi, dakwah itu seperti menanam benih. Buah itu berasal dari Allah. Apabila benih sudah ditanam, tetapi tidak berbuah, apakah merugi? Apabila risalah telah disampaikan dengan kesungguhan, tetapi tidak direspon positif, maka apa dosaku?
Yakinlah dengan benih yang jumlahnya walau hanya satu. Seperti keyakinan Nabi Ibrahim pada putranya Ismail di padang pasir yang gersang. Walaupun ribuan tahun tak hadir juga sosok pelanjut, namun akhirnya benih baru tumbuh menjadi pohon yang menaungi langit dan bumi. Yaitu, Penghulu para Nabi dan Rasul.
Di tengah kukungan kezaliman Romawi, Nabi Zakaria terus merawat Siti Maryam. Dari Siti Maryam lahirlah Nabi Isa. Setelah itu, lahirlah Hawariyun yang menyebarkan ajaran Nabi Isa. Tetaplah merawat benih seperti keyakinan Nabi Zakaria pada Siti Maryam.
Menanam benih dakwah seperti menanam pohon. Walaupun awalnya hanya satu pohon, kelak pohon itu akan membesar dan bercabang banyak. Dari cabang ini akan berbuah. Buahnya menyebar luas tak terkira. Andai pun tak berbuah, akan banyak kehidupan yang tercipta dari yang asalnya hanya benih.
Di tengah carut marut kehidupan, fokuskan pada dakwah. Sebab hanya dakwah yang bisa memperbaiki tanah dan iklim yang rusak. Saat kekayaan alam dikuras habis. Saat yang serakah dan tamak menguras isi bumi, maka yang bisa memperbaiki hanya tanaman. Tanamlah benih, sambil menanti rahmat Allah berupa hujan.
Bila biji-bijian masih ada. Bila benih tanaman masih ada, tak perlu khawatir dengan kerusakan tanah, lingkungan dan iklim yang carut marut. Karena bisa dikembalikan hanya dengan menanam benih.
Merubah huru-hara dan carut kehidupan menjadi sejuk kembali hanya dengan menanam benih. Memperbaiki kehidupan hanya dengan berdakwah agar kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. Tak perlu khawatir dengan semua kekacauan yang ada. Solusinya hanya menanam benih dakwah.
0 komentar: