Liku-liku Ketaatan
Seorang yang imannya benar akan meninggalkan dosa besar dan kecil, lalu menetapkan ke-wara-an dengan meninggalkan syahwat, perkara mubah yang belum jelas dan hanya mencari kehalalan mutlak.
Sebagian besar waktunya, siang dan malam, untuk beribadah. Dia meninggalkan kebiasaan manusia sehingga tak heran jika terjadi hal-hal luar biasa. Dia pun mendapatkan rezeki yang tak terduga. Dia dibersihkan dan dijernihkan dari segala sesuatu.
Dia sudah lama menahan diri dan menghancurkan kebutuhan-kebutuhan yang bergelora di dadanya. Dia bersabar dalam memecah belah berbagai keinginannya. Tak jarang dia ditolak dalam ragam kondisi.
Dia berdoa, tetapi tak jua dikabulkan. Sudah meminta, tetapi tak diberi. Telah mengadu, tetapi yang diadukan malah bertambah. Telah meminta kelonggaran, tetapi tak mendapatkan. Sudah bertakwa, tetapi tak melihat jalan keluar.
Telah bertauhid dan ikhlas menjalani amalannya, tetapi tak kunjung didekatkan pada Dzat yang dituju oleh amalnya itu, seolah-olah dia bukan orang beriman dan bertauhid.
Meskipun begitu, dia tetap teguh dan bersabar dalam menghadapi semuanya. Dia tahu bahwa kesabaran merupakan obat dan penyebab kejernihan hati dan kedekatan dengan Allah swt. Diapun meyakini bahwa kebaikan pasti datang setelah ujian ini.
Baginya, ujian ini merupakan penjelas, siapakah yang mukmin dan munafik. Manakah yang bertauhid dan musyrik. Yang ikhlas dan pamer. Pemberani dan pengecut. Yang konsisten dan labil. Yang sabar dan cengeng. Yang benar dan salah. Yang jujur dan pembohong. Pecinta dan pembenci.
Jadilah engkau di dunia ini seperti orang yang mengobati luka dan bersabar atas pahitnya obat karena mengharapkan hilangnya penyakit.
Sumber:
Syeikh Abdul Qadir Jaelani, Fathur Rabbani, Turos
0 komentar: