Energi Langit Bagi Jiwa
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Seorang petani lebih banyak memperhatikan langit. Pertumbuhan tanaman dan hasil panen, lebih banyak faktor langit daripada bumi. Bukankah kemarau dan hujan pun disebabkan faktor langit? Bukankah kesuburan tanah pun lebih disebabkan faktor langit?
Perkisaran angin dan awan menciptakan iklim di bumi. BMKG memprediksi cuaca dari perkisaran angin dan awan. Dengan prediksi cuaca bisa tahu waktu menanam. Tahu arah angin agar tidak tersesat itu ada di langit. Waktu tertanam ada di langit. Hasil nelayan berlimpah bisa terlihat tandanya di langit. Pasang naik dan sudut air laut bisa dilihat dari langit.
Ada keberkahan bila memperhatikan langit. Ada pahala dari Allah bila memperhatikan langit. Bukankah Allah memerintahkan untuk memperhatikan langit? Bukankah sumpah Allah atas nama langit lebih banyak dibandingkan makhluk yang lainnya?
Setiap peristiwa langit dikaitkan dengan shalat. Shalatlah saat gerhana bulan dan bintang. Shalatlah saat kemarau kering kerontang tak datang hujan. Berdoalah di saat hujan dan angin kencang. Berdoalah di saat petir menggelegar.
Langit pun sumber ketentraman jiwa. Langit pun mencerahkan akal dengan memandangnya. Allah telah menyempurnakan langit. Allah telah menghiasi langit. Hamparan keindahan langit ada di siang dan malam. Setiap waktu memiliki momentum keindahannya.
Gambaran azab Allah bagi kaum yang durhaka para umat terdahulu di Al-Qur'an dimulai dari peristiwa langit. Hembusan angin dan awan, yang dianggapnya membawa berkah ternyata berisi angin yang kencang dan hujan bebatuan. Gelegar petir dan pekatnya awan membuat kesombongan manusia ciut tak bernyali lagi.
Di hadapan makhluk Allah yang bernama langit, sosok manusia hanya seperti debu. Menatap langit merontokkan semua ego kesombongan. Apa yang bisa manusia lakukan terhadap peristiwa langit? Manusia hanya bisa menontonnya, semuanya dalam gengaman kekuasaan Allah. Menatap langit melahirkan kepasrahan seorang hamba.
0 komentar: