Dari Kefrontalan Menjadi Berpasangan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Tanaman dan hewan berpasangan. Manusia berpasangan. Yang tidak diketahui manusia juga berpasangan. Seluruh makhluk berkembang biak dengan berpasangan. Mengapa harus berpasangan? Yang Berdiri Sendiri hanya Allah Yang Ahad.
Berpasangan membangun keberlangsungan. Bagaimana andai hanya ada malam saja? Siang saja? Bagaimana bila ada air saja? Api saja? Dengan berpasangan semuanya berada dalam keseimbangan. Dititik inilah semua yang ada di alam semesta bermanfaat optimal.
Berpasangan menghindari dari ketergelinciran dan kehancuran. Bagaimana bila hanya ada gas mobil, tanpa rem? Bagaimana bila hanya ada tanah datar tanpa gunung? Bagaimana bila hanya ada tanjakan tanpa turunan?
Tulang yang keras diselimuti oleh daging yang lembut. Di dalam tulang yang keras terdapat sumsum yang lunak. Yang lunak melindungi yang keras. Yang keras melindungi yang lunak. Semuanya saling melindungi.
Buah-buahan, di luarnya lunak. Namun bijinya di dalam sangat keras. Lunak agar seluruh makhluk dapat menikmati. Biji yang keras untuk menjaga keberlangsungan generasi. Ini gambaran keseimbangan menikmati dan menyiapkan masa depan dan generasi pelanjut.
Awalnya lunak kemudian menjadi keras. Namun yang lunak pun dapat menembus yang keras. Perhatikan tunas kelapa yang lunak bisa menembus tempurung dan kulit sabut yang keras. Tunas yang lunak kemudian menjadi batang pohon kelapa yang lunak.
Perhatikan cara Allah memadukan yang lembut dan keras. Perhatikan bagaimana Allah menempatkan, memadukan dan mengkombinasikan yang berbeda sangat frontal menjadi sesuatu yang berpasangan dan menyeimbangkan sehingga menghadirkan kemanfaatan optimal.
0 komentar: