Bertani Dengan Bahasa Cinta
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Bahasa komunikasi yang terampuh adalah cinta. Dengan cinta, tanda-tanda, isyarat dan yang diam pun bisa terpahami. Semuanya memberikan data, informasi dan ilmu. Cinta adalah bahasa komunikasi yang universal.
Seorang petani yang bodoh merawat tanaman dengan cinta. Seorang profesor yang cerdas merawat tanaman dengan ilmu dan teknologi. Mana yang akhirnya berhasil mengelola pertanian? Dilangkah pertama, seorang petani akan tertinggal jauh oleh sang profesor. Namun pada satu titik, petani akan melampaui sang profesor.
Dengan ilmu dan teknologi, tanah dan tanaman hanya dijadikan budak ekploitasi. Diperas, dipaksa, dimarginalkan sumber kekuatannya hanya untuk ambisi. Dengan cinta, tanah dan tanaman menjadi mitra. Mengenal untuk mengokohkan dan meningkatkan sumber kekuatan tanah dan tanaman.
Tanah dan tanaman adalah makhluk Allah. Kedudukannya sejajar dengan manusia. Bedanya, Allah telah mentakdirkan tanah dan tanaman untuk melayani manusia. Padahal, tanah dan tanaman bisa jadi lebih mulia di sisi Allah karena mereka senantiasa bersujud dan bertasbih.
Dengan bahasa cinta, petani memahami bagaimana menyuburkan dan mengolah tanah dan tanaman sesuai fitrah dan karakternya. Dirawat pada titik optimumnya. Yang dilakukan petani melampaui apa yang "dikehendaki" tanah dan tanaman.
Tanah dan tanaman selalu "menepati" janjinya. Tak pernah "mendustakan" cinta. Cinta dibalas cinta. Bukankah bunga-bunga melambangkan cinta? Bukankah buah-buahan yang bergelayutan ke bawah seolah-olah berbicara ingin dipetik oleh manusia? Tak ada buah yang menjunjung ke langit, tetapi selalu merendah ke bumi.
Dengan bahasa cinta, tanah dan tanaman memiliki imunitas yang kuat, tidak ringkih, tidak mudah lemah dengan hama. Dengan bahasa cinta, penduduk langit akan mencintai petani yang menebarkan cinta pada tanah dan tanaman. Bukankah rezeki itu berasal dari langit? Hasil riset, tanamannya akan lebih lama umur berbuahnya.
0 komentar: