Berkebun Sarana Memahami Rahmat-Nya
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Berkebunlah itulah salah satu cara memahami tak terhingganya rahmat Allah. Kasih sayang Allah amat terasa. Berkebun menjadi sarana menyelami rahmat Allah dan aliran rahmat-Nya yang sebelumnya bisa dianggap bukan kenikmatan.
Terik panasnya matahari adalah rahmat-Nya. Panas matahari yang membakar adalah rahmat-Nya. Teriknya matahari yang membuat tanaman bisa mengolah makanan menjadi daun, batang, dan buah. Dedaunan yang berguguran menjadi kering agar cepat diolah menjadi pupuk. Mengapa di perkotaan justru khawatir dengan panasnya matahari?
Banyak yang khawatir dengan air hujan karena jadi penyebab sakit. Padahal manfaat air hujan tidak terhingga dibandingkan dengan ketakutan manusia. Air tanah melimpah karena air hujan. Kesejukan karena air hujan. Tumbuhan bisa hidup, menghijau dan berbuah karena air hujan. Kehidupan di bumi tergantung air hujan. Mengapa hujan diiklankan sebagai sumber sakit?
Andai tidak ada tanah, dimana manusia tinggal? Apakah nikmat bila tinggal di lautan dan udara? Tinggal di tanah yang labil saja mensku, bukan? Selalu terhempas dan tak aman? Seluruhnya hidup di atas tanah. Seluruhnya menghujam di atas tanah.
Akhirnya, perpaduan dari langit dan bumi serta apa yang ada di keduanya ada iklim yang membuat manusia bisa hidup nyaman dan tentram. Juga, agar manusia bisa makan, minum dan memenuhi seluruh kebutuhan dan keinginannya.
Semua yang berada di alam semesta bermuara pada manusia. Melayani dan bertitik sentral pada manusia. Mengapa manusia justru menghancurkan dan merusak alam semesta hanya karena kekayaan? Mengapa manusia justru khawatir dengan "gonjang ganjing" alam semesta?
Di era Nabi Yusuf, kering kerontang yang disebabkan kemarau selama 7 tahun, ditutup dengan kemakmuran. Rakyat Mesir jadi bisa menikmati perasan anggur yang menyegarkan. Jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan perputaran iklim. Fokusnya, lakukan amal kebaikan di setiap musimnya.
0 komentar: