Agar Pengadilannya Final di Dunia
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Perdebatan dan perselisihan tidak saja di dunia, tetapi juga di akhirat. Bedanya, di dunia, manusia bisa berdusta, merekayasa dan bersekongkol. Di akhirat, semua fakta terbuka. Sang Hakim Maha Bijaksana.
Perdebatan di akhirat, antara pembesar dengan jongos kemungkaran. Antara syetan dengan pengikutnya. Ada juga perdebatan tentang berapa lama hidup di dunia. Pelajari perdebatan di akhirat. Seperti itulah perdebatan di persidangan dunia.
Di dunia, kisah Nabi Yusuf dengan saudaranya, merupakan kisah rekayasa bukti hukum. Kisah Nabi Yusuf dengan istri pembesar istana, merupakan kisah rekayasa kasus, walapun bukti hukum menunjukkan bahwa istri pembesar istana yang bersalah. Apakah keburukan bisa disembunyikan?
Dengan segala rekayasa bukti hukum dan kasus, Allah memberikan kelapangan bagi para hakim, yaitu bila ijtihadnya salah maka akan mendapatkan satu pahala. Bila benar, akan mendapatkan dua pahala. Hakim yang mampu menegakkan integritasnya, berpeluang semuanya didambakan surga. Namun mengapa justru banyak yang ke neraka?
Hakim adalah wakil Tuhan di bumi. Menyelesaikan persoalan dan perselisihan antar manusia di dunia. Bukankah Allah pun yang menyelesaikan perselisihan manusia di dunia? Pengadilan Allah adalah pengadilan final. Keputusan final. Sedangkan pengadilan di dunia akan dilanjutkan dengan pengadilan di akhirat.
Bagaimana agar pengadilan dunia tidak berlanjut ke akhirat? Bagaimana agar persoalan tuntas di dunia? Sebab, pengadilan di akhirat sangat berat dan melelahkan. Jadikan dunia, sebagai penghapusan beratnya pengadilan di akhirat.
Adili diri oleh diri sendiri, sebelum diadili oleh Allah. Hisablah diri, sebelum dihisab oleh Allah. Itu cara meringankan pengadilan di akhirat.
0 komentar: