Saat Masih Merisaukan Takdir
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Takdir itu ada hukum-hukumnya. Takdir itu ada jalan-jalannya. Takdir itu ada pintu-pintunya. Jadi, tak perlu merisaukan takdir. Fokuslah, mentaati Allah dan Rasul-Nya. Maka, takdir yang diinginkan akan menjadi kenyataan dengan sendirinya.
Takdir itu tergantung kehendak Allah. Semuanya dalam gengaman-Nya. Tak ada yang ikut campur dan bisa ikut campur. Hanya hak tunggal-Nya Allah. Jadi, bacalah kehendak-Nya. Jadi, taatilah kehendak-Nya.
Kehendak-Nya terpampang jelas di alam semesta. Ikuti saja. Sebab, tak ada yang bisa melawannya. Sekali melawan, bencana dan wabah akan menerjang untuk menyeimbangkannya. Kuncinya, jangan melakukan kezaliman.
Kehendak-Nya terpampang dalam syariat-Nya. Dalam Firman-Nya. Dalam sunah para Nabi dan Rasul-Nya. Sekali dilawan dan tak ditaati, yang terjadi hanya kerusakan. Raga, jiwa dan akalnya hancur. Tata kelola kehidupan amburadul. Kehidupan menjadi sempit dan sengsara.
Takdir-Nya tergantung kemesraan seorang hamba pada Rabbnya. Tergantung cintanya pada Allah. Bila Allah telah mencintai hamba-Nya, maka yang paling baik yang akan diberikan-Nya. Tak perlu ada kekhawatiran bila memadu kasih dengan sang Rabb.
Mengapa masih ada khawatir, takut dan sedih? Itulah tanda bahwa jiwa dan akal belum selaras dengan Rabbnya. Masih banyak kemalasan, keengganan, perlawanan dan kedurhakaan pada sang Rabb. Bisikan hawan nafsu dan syetan masih menyelusup ke hati, karena Allah membiarkannya. Bisa jadi, Allah yang mengutus untuk menghukum sang hamba.
Ketentraman akan takdir-Nya, itulah tanda curahan Rahmat-Nya. Seperti Allah yang menentramkan hati Nabi Musa saat menghadapi Firaun dan ahli sihir. Seperti Allah, yang menentramkan hati Rasulullah saw dan para Sahabat di setiap pertempuran dan kesulitan. Masih takut, khawatir dan sedih akan takdir? Berarti masih ada persoalan antara diri dengan sang Rabb.
0 komentar: