Orientasi Membaca
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Untuk apa membaca? Agar menjadi ahli ilmu dan ahli dzikir? Dihormati dan dihargai dengan keluasan ilmu dan wawasannya? Membacalah, karena itu wahyu dari Allah. Membacalah, agar merasakan tanda-tanda keagungan dan kemuliaan Allah. Agar hati dan akal diselimuti ilmu-Nya.
Malulah kepada Allah. Allah senantiasa melihat hamba-Nya. Namun sang hamba berpangku tangan dalam kelalaian dan kemalasan. Membacalah, agar Allah melihat hamba-Nya sedang serius memperhatikan dan menyelami tanda-tanda kebesaran dan kemuliaan-Nya.
Seorang ulama ditanya oleh muridnya. Mengapa bergelut dengan buku-buku? Dijawab, "Malu bila dilihat Allah, tetapi sedang menganggur." Membaca bukan berorientasi pada keilmuan tetapi karena karakter ihsannya kepada Allah. Bukankah ilmu itu berasal dari Allah?
Membaca buku, tetapi pada hakikatnya sedang mengarungi samudra Maha Berilmu-Nya Allah. Membaca buku, tetapi pada hakikatnya tengah mengagungkan tanda-tanda kebesaran Allah. Membaca buku, tetapi pada hakikatnya tengah menyaksikan rahmat-Nya di alam semesta. Hati menjadi takjub dan tertunduk. Raga menjadi ingin ruku dan bersujud di kehadiratan-Nya.
Membaca bukan untuk kehebatan diri, tetapi untuk ketundukan diri. Bukankah Allah yang mengajarkan yang tidak diketahui manusia? Bukankah Allah yang memberikan mata dan telinga? Bukankah Allah yang memberikan hati dan akal? Bukankah Allah yang menganugerahkan akal sehingga bisa memahami? Membacalah sebagai ungkapan syukur kepada Allah.
Membacalah, agar hati tidak dilalaikan dengan hawa nafsu. Membacalah, agar bisikan syetan diacuhkan. Bila hati terfokus pada sesuatu, maka bisikan hawa nafsu dan syetan akan dihiraukannya.
Membacalah sebagai ungkapan penghambaan diri. Diri yang bodoh agar dilimpahkan kepahaman oleh Allah. Diri yang tak berilmu kecuali bila diberi ilmu oleh Allah. Diri yang tak tahu apa-apa kecuali yang diajarkan Allah.
0 komentar: