Menguji Kezuhudan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Ingin berzuhud, berbisnislah. Ingin berzuhud, berkuasalah. Itulah cara mudah untuk membongkar hawa nafsu tersembunyi. Apakah hati terpenjara oleh harta dan kekuasaan?
Bila masih ada kesadaran bahwa harta dan kekuasaan adalah ujian. Bertanda masih ada iman. Bila sudah dianggap nikmat, berarti sudah terpedaya. Bila terus memburunya untuk keegoan berarti terjatuh ke penyakit hati.
Adakah rasa lebih tinggi dan mulia derajatnya saat berharta dan berkuasa? Adakah ingin dihormati dan dihargai? Apakah ada rasa berbangga dengan segala kelebihannya? Bila masih ada, harta dan kekuasaan bisa jadi telah menjadi Tuhan.
Allah berikan kekuasaan kepada yang Dia kehendaki. Allah cabut kekuasaan kepada yang Dia kehendaki? Jadi bukan karena kepintaran, kehebatan seseorang. Bukan karena keshalehan seseorang.
Bila rugi dan bangkrut, apakah merasa kehilangan? Merasa ada yang dirampas? Merasa keterhinaan? Bila tak berkuasa, apakah merasa kehancuran? Bila masih ada, zuhudnya masih palsu.
Bila masih merasa ada yang lebih baik dari nikmat iman dan Islam. Bila masih ada yang lebih berharga dari menjadi umat Rasulullah saw. Bila merasa masih ada nikmat yang lebih berharga dari ridha terhadap Allah, Islam dan Rasulullah saw. Tandanya, hawa nafsu telah mencengkeram diri.
Berinteraksi dengan perhiasan dunia, hanya untuk membongkar potret diri. Untuk bermuhasabah, siapakah yang ada di hati? Sebelum menghadap Allah jadi tahu jati diri yang sebenarnya. Agar istighfar dan taubat semakin kuat.
Rasakan kepalsuan dunia agar rindu akan akhirat. Bergelut dengan dunia agar tahu kerendahan dan hinanya dunia. Pada akhirnya merasakan tak butuh dunia, kecuali sekedar menegakkan tulang punggung saja.
0 komentar: