Mendeteksi Kebutuhan Sejati Atau Hawa Nafsu
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Puasa belajar membedakan antara nafsu dan kebutuhan sejati. Makan dan minum sebagai kebutuhan atau sudah terjerumus pada nafsu? Mengenggam harta sebagai kebutuhan sejati atau nafsu? Belanja barang, sebagai nafsu atau kebutuhan sejati?
Belanja ke pasar dan warung, bisa jadi hanya untuk membeli dan mengokohkan nafsu-nafsu kita, bukan untuk menopang ketaatan pada Allah. Wajar saja bila hawa nafsu dan syetan semakin kokoh duduk di singgasana hati kita. Jiwa semakin lemah untuk taat kepada Allah, tetapi semakin kokoh menjadi budak nafsu dan syetan.
Tidur untuk menikmati nafsu. Melalui waktu hanya untuk bercengkrama dengan nafsu. Melihat dan mendengar untuk menikmati keindahan nafsu. Kencing dan buang air besar pun karena efek pemuasan nafsu syahwat makan dan minum. Makan melebihi 2 kali sehari bagian pemuasan nafsu. Bukankah puasa mengajarkan makan saat sahur dan berbuka?
Bila rutinitas keseharian melampui apa yang seharusnya dilakukan di Ramadhan, berarti kehidupan kita bergulat untuk menikmati nafsu. Sangat kuatnya interaksi ini, sehingga sensitivitas untuk membedakan kebutuhan sejati dan nafsu sudah tak ada lagi. Menurutkan hawa nafsu sudah menjadi kebutuhan sejati.
Hidup yang tidak sejalan dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw berarti hidup yang dipenuhi hawa nafsu. Hidup yang tidak ada parameternya dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw berarti hidup dalam lautan hawa nafsu. Mengelola hidup, harta dan kekuasaan tanpa bimbingan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw berarti perjalanan yang bergelimpangan dengan hawa nafsu.
Sangat mudah untuk menilai diri. Apakah sosok budak hawa nafsu? Apakah hamba Allah? Cukup membuka lembaran Firman-Nya dan Sunnah Rasulullah saw. Bergelutlah dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw untuk melihat potret, kedok dan kepalsuan diri.
Perjalanan waktu yang panjang membuat manusia lalai. Cerminnya penuh debu yang pekat. Tak bisa membedakan antara mengikuti syahwat dan syetan dengan kebutuhan sejati. Allah menghadirkan Ramadhan agar cermin untuk bermuhasabah diri menjadi jernih untuk melihat potret diri.
0 komentar: