Kiprah Hasan Al-Banna
Perjalanan umat ini akan dimulai dari Hasan Al-Banna. Beliau telah berhasil memadukan antara hukum syariat dengan tuntutan zaman, antara cita-cita yang melangit dengan pandangan realistis lapangan, antara kesempurnaan tarbiyah dan ta'lim dengan tatanan dan aktivitas politik serta ekonomi dan yang lainnya yang memenuhi hajat kaum muslimin dewasa ini.
Hasan Al-Banna telah membersihkan khazanah warisan Islam dari berbagai noda dan kotoran yang menempel padanya. Jangan menjauh dari jalan yang telah ditempuh olehnya, sebab sikap ini akan menjauhkan dari langkah besar yang benar untuk menegakkan Islam di zaman sekarang.
Perbedaan tajam yang pernah terjadi antara fikrah Hasan Al-Banna dan realitas di lapangan Ikhwanul Muslimin di beberapa wilayah menjadi faktor timbulnya kegelisahan dan friksi di tubuh jamaah. Namun, kita tetap mendukung dan menghidupkan terus fikrah Hasan Al-Banna serta menyempurnakan kekurangannya dan berjalan di bawah naungannya.
Bagaimana agar tetap berada dalam fikrah ini? Pertama, kekuatan jiwa yang besar, yang dimanifestasikan dalam bentuk tekad yang kuat dan tegar. Kedua, kesetiaan yang utuh, bersih dari sikap lemah dan munafik. Ketiga, pengorbanan yang suci, yang tak diperdayakan oleh sifat tamak dan bakhil. Juga terpelihara dari kesalahan, penyelewengan, bujuk rayu dan tipu daya.
Hari-hari mendatangkan akan membuktikan bahwa gerakan Islam modern tidak akan dapat membebaskan diri dari fikrah Hasan Al-Banna, baik hanya di satu fase perjalanannya, di masa sebelum berdirinya negara Islam, maupun sesudahnya, di politik dalam negeri maupun luar negri, dalam bidang tarbiyah, takwiniyah, maupun strategi perjuangan dan pergerakannya.
Dakwah itu memiliki mata rantai, salafi, sufi, fiqh, pemikiran, jihad, tarbiyah, kekuatan dan lainnya pun memiliki mata rantai sejarah. Jika terjadi penggalan di salah satu rantainya, maka dakwah akan berantakan. Yang berbahaya adalah apabila terjadi pewarisan yang cacat namun menisbatkan diri kepada Hasan Al-Banna.
Oleh karena itu, bila tidak segera mengambil warisan dari kepribadian Hasan Al-Banna dalam ilmu, amal, kedalaman makrifat kepada Allah, ibadah kepada-Nya, ketakwaan, wara, zuhud, maupun gaya hidupnya yang mengambil langsung dari Rasulullah saw, maka kehancuran akan terjadi.
Hasan Al-Banna telah mengambil tasawuf, lalu membersihkan kotorannya. Mengambil aqidah, lalu membersihkan kotorannya, mengambil fiqh, lalu membersihkan kotorannya, dan begitu seterusnya. Akhirnya, semua yang dibutuhkan oleh umat Islam masa kini dapat tersedia dengan asas Islam yang bersih.
Sumber:
Said Hawa, Membina Angkatan Mujahid, Era Intermedia
0 komentar: