Fokus Dakwah Personal
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Menyentuh hati, itulah titik fokus tarbiyah saat ini. Saat ilmu berseliweran di dunia maya. Saat pengetahuan biasa diakses secara gratis. Saat ustadz terkenal setiap saat bisa didengarkan tausiyahnya. Apa yang tak didapatkan dari dunia maya?
Interaksi hati dan perasaan, tak bisa ditemukan di dunia maya. Interaksi jiwa dan ukhuwah tak bisa tersambung di dunia maya. Tatapan wajah yang mengingatkan kepada Allah, hanya didapatkan dari pertemuan tatap muka.
Dialog eksklusif dan personalisasi. Didengarkan dan sentuhan. Membangun habit dan pengendaliannya hanya bisa dilakukan saat pertemuan langsung.
Mengapa majlis dzikir terus membludak? Kumpul riung dan kongkow tetap dirindukan, walaupun dunia sudah terkoneksi dan bertatap muka dengan teknologi. Ada yang tak bisa diungkapkan dan dirasakan dengan teknologi tatap muka. Seperti menonton film, mengapa bioskop tetap dipenuhi pengunjung?
Halaqah bukan sekedar majlis ilmu dan pengetahuan. Bila sekedar itu, akan tergeser dengan teknologi dan buku-buku. Mengapa ulama yang berhasil, justru yang bertemu dan belajar langsung dengan gurunya? Bukan belajar hanya dari kitab-kitabnya?
Seorang ulama Afrika ingin belajar kitab Al-Muwatha, kitabnya sudah dalam gengaman. Dia ingin belajar langsung dengan imam Malik. Ternyata imam Malik sudah wafat. Akhirnya, dia mencari seseorang yang belajarnya langsung bertatap muka dengan imam Malik. Mengapa tatap muka tak bisa digantikan dengan kitab?
Sumber ilmu utama itu bukan kitab. Sumber hikmah utama itu bukan ungkapan orang berilmu yang berjejer di dunia maya. Tempat ilmu ada di hati. Kecerdasan, hikmah dan kebijaksanaan itu sumbernya di hati. Bertemu dan bertatap muka berarti berinteraksi dengan hati sang murabi yang diturunkannya ilmu dan hikmah langsung oleh Allah.
0 komentar: