Adab Belajar Dari Nabi Khaidir
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Cara mendapatkan ilmu Laduni? Bersabarlah. Ikuti saja liku-liku kehidupan. Perhatikan, amati dan jalani. Memang rentang waktunya panjang. Namun ilmunya menjadi sangat mendalam. Dapat mengetahui peristiwa di balik peristiwa. Mengetahui peristiwa sebelum terjadi.
Sabar menjadi syarat bagi Nabi Musa untuk belajar kepada Nabi Khaidir. Dengan sabar, akan paham siklus detik, menit, jam, harian, bulanan, tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, 30 tahunan, 50, 80 dan 100 tahunan. Polanya dipahami untuk mendalami sebuah peristiwa.
Tak banyak bertanya, itulah syarat kedua yang disampaikan Nabi Khaidir kepada Nabi Musa. Ilmu Laduni butuh perhatian, pengamatan, berfikir hingga rasa yang mendalam. Ini tidak bisa didapatkan dari orang lain, walapun gurunya seorang Nabi. Ilmunya harus lahir dari hati dan jiwanya sendiri.
Ilmu Laduni berasal dari pergulatan hidup. Bukan dari kitab atau buku. Bukan dari wejangan dan nasihat. Tetapi dari goresan pena sendiri dari mengikuti perjalanan hidup. Seperti Nabi Musa yang mengikuti perjalanan gurunya.
Setiap perjalanan memberikan makna, rasa dan ilmu tersendiri bagi setiap yang menjalaninya. Mengapa berbeda? Karena setiap orang akan menjalani peran yang unik yang tak tergantikan dalam hidup ini. Medan perjuangan dan dakwahnya berbeda.
Yang dirasakan Nabi Musa dan Nabi Khaidir sangat berbeda dalam melihat peristiwa yang sama. Mengapa? Medan perjuangan keduanya berbeda. Nabi Musa harus menghadapi Firaun. Sedangkan Nabi Khaidir menyapa manusia yang tersembunyi namun memiliki peran besar bagi kehidupan.
Semua liku-liku kehidupan adalah ilmu laduni. Semua yang bisa dilihat, didengar dan dirasakan adalah sumber filosofi dasar ilmu laduni. Terjun dalam kehidupan adalah tempat belajar ilmu dunia. Setiap orang akan menggoreskan ilmu tersebut pada hati dan jiwanya.
0 komentar: