Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Rezim kezaliman lahir karena ketakutan dan keserakahan. Semuanya harus dalam kendali dan genggamannya. Saat mendengar ada sosok yang akan mengusiknya, selagi masih bayi pun, harus dihancurkan. Seperti Firaun yang mimpinya ditafsirkan sebagai penggulingan rezimnya dari bayi yang akan dilahirkan. Maka, pembantaian terhadap sosok tersebut pun dilakukan secara terencana dan massif dengan penggunaan alat kekuasaan negara.
Kezaliman justru yang memelihara bayi perlawanan. Kezaliman yang lebih massif, kejam dan terorganisir, justru yang lebih kuat memelihara dan menyuburkan api perlawanan. Seperti Firaun yang memelihara bayi Musa, padahal bayi Musalah yang kelak melakukan perlawanan terhadap kezalimannya.
Tanda perlawanan itu berawal dari ditariknya jenggot Firaun. Firaun murka. Musa kecil pun hendak dihukumnya. Perlindungan itu selalu ada. Istrinya meminta Firaun untuk menguji Musa kecil dengan roti dan bara api, mana yang dipilh? Allah melindungi Musa kecil dengan memilih bara api untuk makan. Sangat menyakitkan, namun sekenario besar pembunuhan terhadap Musa kecil pun gagal. Itulah penyelamatan dari Allah.
Tindakan kedua adalah dengan pengusiran pemuda Musa dengan dalih telah melakukan pembunuhan terhadap pemuda Mesir. Padahal Musa ingin membela seseorang yang lemah yang dizalimi. Namun pukulannya membuat pemuda yang berbuat zalim mati. Pasukan pun dikerahkan untuk menangkap pemuda Musa. Namun pemuda Musa berhasil menyelamatkan diri dengan ijin Allah. Ditinggalkan Musa, Firaun semakin semena-mena.
Musa telah menjadi Nabi. Nabi Musa diutus untuk memberikan nasihat dan peringatan pada Firaun. Namun ditolak Firaun. Firaun pun menyebarkan isu bahwa Musa datang untuk mengambil kekuasaan dan mengusir rakyat Mesir dari tanah airnya. Saat gemuruh nasihat ditolak. Saat nasihat perbaikan dianggap ancaman, maka Allah memberikan peringatan berupa krisis ekonomi.
Saat krisis ekonomi terjadi, Firaun justru menyalahkan Nabi Musa. Rakyat Mesir pun mengkambinghitamkan Nabi Musa. Padahal krisis yang terjadi karena prilaku kezaliman dan mismanajemen pemerintahan dan pembangunan penguasa. Semua nasihat perbaikan ditolak. Dengan berkata kepada Nabi Musa, "Bukti apa pun yang engkau bawa kepada kami untuk menyihir kami, kami tidak akan beriman kepadamu."
Saat krisis ekonomi tak juga menyadarkan untuk melakukan reformasi kekuasaan dan sosial. Maka Allah menurunkan krisis baru berupa dikirimkan kepada rakyat Mesir berupa angin taufan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah). Namun krisis yang baru pun tidak juga menyadarkan diri. Kesombongan terus mewarnai pengelolaan kekuasaan.
Saat krisis tak juga berhenti, lalu mereka mendatangi Nabi Musa dengan berkata, "Wahai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika engkau menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu." Namun janji komitmen perbaikan hanyalah janji palsu. Saat krisis selesai, mereka pun mengulangi dan meneruskan kezaliman sebelumnya. Apa yang terjadi setelah itu?
Allah menghukum rezim Firaun dengan menghancurkan seluruh kekuatannya sehingga tak tersisa di lautan. Padahal sebelumnya mereka mengira akan menghancurkan Nabi Musa dan pengikutnya. Seperti itulah tahapan peringatan Allah swt kepada penguasa yang zalim sebelum dihancurkan.
0 komentar: