Strategi Tanah Menghadapi Api Kezaliman
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Ini era kekuasaan yang kejam. Seperti itulah periode sejarah yang telah ditakdirkan Allah bagi Muslimin. Bagaimana cara menghadapinya? Bisa menggunakan strategi Nabi Ibrahim, Musa, Yahya, Isa, dan Ashabul Kahfi. Mereka tidak mencemooh dan memaki, tetapi berargumentasi dengan kebenaran. Bisa melalui ranah hukum, politik maupun mimbar intelektual.
Namun jangan pula sibuk dengan menghadapi penguasa yang kejam saja, tetapi juga membina para generasi penerusnya. Nabi Isa, dalam pengembaraannya karena dikejar oleh penguasa Romawi terus membangun generasi Hawariyun. Nabi Zakariya mendidik Siti Maryam dan Nabi Yahya. Nabi Musa menyiapkan Nabi Harun dan Yusya bin Nun yang menemaninya saat bertemu dengan Nabi Khidir.
Seluruh para Nabi dan Rasul menghadapi kezaliman tidak dengan kehebatan dan keperkasaan dirinya, tetapi dengan terus berbuat kebaikan, bersabar dan bertakwa. Bekal para Nabi dan Rasul adalah dengan beristiqamah dalam mentaati-Nya. Menjadi seorang hamba Allah bukan super hero.
Kekuatan para Nabi dan Rasul tak terlihat dan tak terduga. Bentuknya berupa kebenaran, keadilan, kekuatan hati dan sistem. Bentuknya berupa pertolongan, perlindungan, bimbingan dan pimpinan Allah.
Perhatian tanah, apa kehebatan tanah dibandingkan api dan cahaya? Apakah kehidupan lahir dari api dan cahaya? Api memang bisa menghabiskan segala yang ada dengan cepat menjadi abu. Cahaya hanya bisa menerangi dan memberikan energi. Namun, tak pernah bisa membangun kehidupan.
Tanah sepertinya diam. Namun dia mampu menyimpan energi yang ada di alam semesta. Tanah menampung benda luar angkasa, cahaya matahari dan air hujan. Di dalam tanah banyak kehidupan yang bisa menyuburkan tumbuhan. Dalam tanah terdapat harta karun. Semua bangkai, sampah dan sisa apa pun dapat diolahnya menjadi bahan baku dan energi kembali.
Strategi para Nabi dan Rasul ada strategi tanah, bukan api yang menghancurkan lawan. Dalam ketenangannya ada kehidupan yang tak terlihat. Dalam kesunyiannya, menampung seluruh energi alam semesta dan terus membangun. Kelak, saat api kezaliman memporakporandakan, maka abu sisa pembakarannya justru menyuburkan benih yang tak tersimpan di tanah atau biji-biji yang terbawa angin dan makhluk lainnya.
0 komentar: