Potret Keteguhan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Keteguhan, itulah salah satu tema besar surat Al-Imran. Keteguhan sebagai penutup surat Al-Imran. Apakah perjuangan akan membuahkan hasil tanpa keteguhan? Keteguhan membuat semua rencana jahat, tipu daya, kemungkaran dan kezaliman tak akan mendatangkan kemudharatan apa pun.
Bila langkah telah dimulai, jangan pernah berbalik ke belakang. Ketika pedang sudah terhunus, jangan pernah disarungkan kembali. Seperti Rasulullah saw yang tak mau menyarungkan pedangnya, saat keputusan perang Uhud sudah diambil. Seperti seorang sahabat yang menunaikan hak pedang yang sudah diberikan Rasulullah saw kepadanya.
Keteguhan hanya harus berakhir pada satu titik, hidup mulia atau mati syahid. Tak ada lagi kata lemah dan sedih. Tak lemah karena bencana. Tidak pernah lesu dan menyerah sebelum hidup mulia ditegakkan dan sebelum mati syahid diraih.
Perang Uhud adalah pembelajaran keteguhan. Saat pasukan Muslimin diporakporandakan musuh oleh kelalaiannya sendiri. Saat berita syahidnya Rasulullah saw menggaung kencang yang melemahkan jiwa muslimin. Saat orang terbaik berguguran di depan batang hidungnya. Apa yang bisa meneguhkannya?
Yang bisa menjaga keteguhan di tengah badai hempasan adalah janji kita kepada Allah dan Rasulullah saw. Janji seorang hamba kepada Rabb-nya, pada Malik-nya dan pada Illah-nya. Janji setia prajurit kepada qiyadahnya Rasulullah saw.
Istri Imran, bernazarkan bahwa bayi yang dikandung diperuntukkan bagi pembebasan Baitul Maqdis yang sedang dijajah oleh Romawi. Ternyata, yang lahir seorang bayi wanita yang diberi nama Maryam. Apakah kecewa? Maryam tetap dididik untuk berkhidmat di Baitul Maqdis. Kelak, cucunya, Isa bin Maryam yang melanjutkan.
Nabi Zakaria tetap teguh berdoa untuk memiliki putra. Beliau tidak pernah kecewa dengan doanya, walaupun sudah tua renta. Walapun istrinya mandul. Walapun infrastruktur tidak mendukung. Sebab semua penyebab adalah Allah swt. Keteguhanlah yang membuat gunung pun dapat dipindahkan.
0 komentar: