Pembentukan Spiritualitas Hasan Al-Banna
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Syeikh Muhammad Hamid berkisah tentang Hasan Al Banna, "Hasan Al-Banna mempunyai hati seperti hati orang-orang yang selalu ingin dekat dengan Allah swt, atau pendidik yang mendidik dengan ruh dan juga lisannya. Ia menghabiskan usianya dengan menempuh jalan mujahadah (perjuangan) dan tashfiyah (penjernihan, permunian) hingga mencapai puncak yang paling tinggi. Ia tergolong ahl adz-dzikir dan ahl al-fikr. Ia juga tergolong orang yang selalu memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah, selalu ridha dengan-Nya dan selalu menerima hukum-hukum-Nya.
"Setiap Hasan Al-Banna menyendiri, air matanya berlinang menumpahkan rasa cinta dan kerinduan kepada Allah. Sepanjang malam, ia berharap bisa dipergunakan untuk berdzikir kepada Allah dan mendengarkan apa yang dapat menggerakkan himmah (semangat) dan menggiringi ruh kepada-Nya."
Pada suatu hari, Hasan Al-Banna berkata kepada Syeikh Hamawi, "Wahai syeikh, sudikah engkau membangkitkan pada diri kami kerinduan yang paling utama?" Maksudnya, kegembiraan yang ditanggung oleh seorang ahli ibadah dan pendzikir, serta keadaan yang melingkupinya.
Setelah Hasan Al-Banna syahid dibunuh oleh penguasa Mesir, Syeikh Muhammad Hamid menceritakan mimpinya tentang Hasan Al-Banna, "Di dalam mimpi, aku melihat tanda-tanda penerimaan Allah dan ridha-Nya. Aku, Hasan Al-Banna dan beberapa ikhwan yang lain terlihat sedang duduk-duduk di sebuah jamuan. Di situ terdapat roti istimewa dan semerbak harum-haruman. Ketika saya terbangun dari tidur, saya teringat firman Allah swt,"
"Adapun jika dia (orang yang wafat) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta surga kenikmatan." (Al-Waqiah:88-89)
Kepribadian Hasan Al-Banna telah ditempa sejak remaja. Teman-temannya, sangat sering menyaksikan dia bangun di tengah malam menunaikan shalat fajar, kemudian menghadiri pengajian yang menelaah kitab Ihya Ulumudin, terus membangun para mu'adzin, dan setiap selesai shalat Subuh menghapal Al-Qur'an hingga menjelang berangkat sekolah.
Sekeluarnya dari sekolah, ia membuat dan memperbaiki jam hingga menjelang waktu shalat Isya. Setelah shalat Isya, ia kembali memudzakarah pelajarannya hingga menjelang tidur."
Ada kisah lain saat Hasan Al-Banna masih remaja. Hasan Al-Banna melakukan perjalanan panjang menelusuri jalan ibadah dan dzikir, yaitu dengan cara melakukan itikaf di masjid pada waktu-waktu istirahat bersama temannya. Mereka menunaikan shalat Isya berjamaah, kemudian bersantap malam, dan kembali berdzikir kepada Allah swt beberapa lama. Setelah beristirahat sejenak, lalu bangun malam untuk menunaikan shalat Tahajjud hingga menjelang fajar.
Sejak remaja Hasan Al-Banna sudah terbiasa mewiridkan dzikir Zaruqiyah setiap pagi dan petang. Sang ayah Hasan Al-Banna turut menjelaskan dalil-dalil yang diambil dari hadist-hadist yang shahih atas dzikir Zaruqiyah tersebut. Kumpulan dzikir ini terdiri dari ayat-ayat Al-Qur'an, hadist-hadist Nabi dan doa-doa ma'tsurat yang dibaca tiap pagi dan sore.
Saat remaja pun, Hasan Al-Banna menyediakan hari-hari tertentu yang sengaja dipergunakan untuk berdiam diri dan menjauhkan diri dari manusia. Yang ada hanya berdzikir dan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Berdiam diri untuk melatih jiwa dan menghindari bermain-main, memutuskan hubungannya dengan semua hal selain Allah, berjuang di jalan Allah selama mampu, juga memperkuat iradah sehingga dapat berlaku bijaksana.
Masa remaja membentuknya sangat kuat dan mendalam.
Sumber:
Anwar Jundi, Biografi Hasan Al-Banna, Media Insani Publishing
Raa'uf Syalabi, Jiwa yang Tenang Lahirkan Ide Cemerlang, Nuansa Press
0 komentar: