Operasi Badai Al-Aqsha Titik Awal Kegagalan Kolonialisme Penjajah Israel
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Pengamat menilai, Hizbullah di Lebanon Selatan diperkirakan tidak akan terlalu jauh melibatkan diri dengan menyerang masuk wilayah pendudukan Israel. Resikonya berat, dianggap aneksasi. Jadi, serangannya cendrung hanya tembakan rudal ke situs-situs militer dan pemukiman. Dampaknya tetap signifikan bila dikaitkan dengan pemukiman. 70.000 pemukim mengosongkan wilayah utara pendudukan Israel.
The Washington Post membahas krisis yang dihadapi oleh pemukim penjajah Israel di tengah eskalasi militer di front utara dengan Hizbullah selama sekitar tiga bulan. Daerah ini berubah menjadi zona militer tidak resmi karena setiap hari terdengar ledakan artileri dan rudal. Sehingga pemukim Yahudi merasakan suasananya seperti di Gaza.
Kekhawatiran pemukim Yahudi pasca infiltrasi Hamas diungkapkan, "Sampai 6 Oktober, kami dipandang sebagai polisi di Timur Tengah. Setelah 7 Oktober, kami dipandang kehilangan kemampuan untuk melakukan pencegahan," kata Moshe Davidovich, ketua dewan Israel di wilayah utara Israel.
Konsep wilayah penyanggah keamanan pasca 7 Oktober pun berubah, sebelumnya 4 kilometer ke dalam daerah Lebanon sekarang justru beberapa kilometer ke dalam wilayah pendudukan Israel. Berarti ini kemunduran signifikan, karena akan banyak wilayah tak berpenghuni di sepanjang perbatasan dengan Lebanon. Jadi, mengurangi kapasitas pemukim Yahudi yang bisa ditampung. Bukankah berdirinya penjajah Israel di tanah Palestina untuk menampung Yahudi dari seluruh dunia, seperti semangat pendirinya Theodor Herzl?
Ketakutan luar biasa dari tidak tercapai target militer di Gaza, diungkapkan pula oleh mantan kepala badan intelijen Israel (Mossad), Yossi Cohen, dalam sebuah artikel yang diterbitkan Haaretz. Yaitu, mengancam keberadaan Israel. Kegagalan dan salah langkah pemerintah Israel membuat warga Israel berisiko kembali ke Rusia, Polandia, Inggris, dan negara lain jika negara-negara tersebut bersedia menerimanya.
Karena efeknya sudah sangat jelas. Banyak tentara penjajah Israel yang mengalami cacat dan trauma. Rasa ketakutan pemukim Yahudi melonjak tinggi. Setengah juta pemukim eksodus keluar. Yang berpergian ke luar negri tidak kembali. Penurunan signifikan migrasi Yahudi ke Tanah Palestina. Banyak pemukim Yahudi yang membeli properti di Siprus Yunani.
Agar pemukim Yahudi tetap merasa "nyaman" di Tanah Palestina. Penguasa penjajah Israel memberikan ragam insentif berupa pemberian kompensasi terhadap perusahaan, mengganti kerugian kerusakan properti, menampung dan membiayai kehidupan pemukim yang terdampak perang. Namun sanggupkah mempertahankan kenyamanan ini bila pertempuran berlangsung lama? Dimana Tepi Barat mulai bergolak keras dan keuangan negaranya semakin berat?
Mengapa kaburnya pemukim Yahudi ini mengancam keberadaan penjajah Israel? Sebab, pembukaan pemukiman merupakan strategi kolonialismenya. Ini terungkap dalam Diskusi ‘Berbincang dan Berpikir tentang HI’ pada 24/8/2021, dimana Institute of International Studies ‘IIS’ HI UGM membedah konsep Settler Colonialism dari kasus Israel-Palestina dengan bertajuk “Memahami Konsep Settler Colonialism: Studi Kasus Israel-Palestina”.
Perbedaan antara kolonialisme klasik dan kolonialisme pemukim yang dilihat dari tiga aspek, yaitu otonomi koloni, prioritas, dan sikap terhadap masyarakat asli. Dalam kolonialisme pemukim bertujuan untuk menjadikan tanah masyarakat asli sebagai rumah baru bagi pemukim dengan cara pengambilalihan wilayah. Oleh sebab itu, masyarakat asli pun dilihat sebagai halangan, dalam kata lain menjadi musuh yang tidak diinginkan dalam struktur masyarakat pemukim.
Kolonialisme pemukim didasari oleh dua logika, yaitu logika pemusnahan (logics of elimination) dan logika dehumanisasi (logics of dehumanisation). Dengan dua logika ini, pemukim Israel memandang penduduk asli Palestina sebagai kelompok yang terbelakang dan pantas digantikan oleh pemukim yang lebih beradab.
Pembangunan pemukiman Yahudi di Tanah Palestina merupakan gerakan kolonialismenya. Oleh karena itu, dua menteri penjajah Israel memerintahkan agar pemukim Yahudi memasuki Gaza. Rakyat Palestina diperintahkan untuk bermigrasi ke negara-negara Timur Tengah dan telah menyiapkan tanah di Kongo. Apakah ini akan tercapai? Keteguhan rakyat Palestina di Tanah Palestina menjadi penghancur kolonialismenya. Gerakan Perlawanan pada Badai Al-Aqsha merupakan sarana peneguhannya.
Eksodusnya pemukim penjajah Israel merupakan tanda kehancurannya. Seperti yang terjadi di Madinah pada era Rasulullah saw, dimana Yahudi keluar dari Madinah dan Khaibar.
0 komentar: