Menitipkan Sakit Kepada Allah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Obat sakit adalah mengingat kematian. Sakit hati dan raga, obat utamanya adalah mengingat kematian. Mengingat kematian juga tindakan preventif segala penyakit.
Bila hati sakit, akal, raga dan jiwa akan sakit pula. Bukankah hati adalah raja? Bukankah yang lainnya hanya prajurit dan pelayannya? Obat kimia dan herbal hanya membantu, tetapi bukan yang utama. Dokter dan terapis hanya membantu, pengobatan utama adalah mengobati hati.
Yang bisa mengobati hati hanya diri sendiri. Sejuta nasihat bukan obat. Sejuta saran psikolog bukan obat. Obatnya hanya mengingat kematian. Seberapa sering mengingat kematian? Seberapa sering menghadirkan dan mendoakan yang telah wafat? Seberapa sering membuka lembaran firman-Nya tentang akhirat?
Sakit dan sehat itu atas kehendak Allah. Mengapa diberi sakit? Adakah disombongkan pada bagian yang sakit? Adakah kemaksiatan pada bagian yang sakit? Adakah perilaku kezaliman pada bagian yang sakit? Sakit mengobati itu semua.
Bila sakit, titipkanlah pada Allah. Sebab kita tak bisa mengendalikan sakit walaupun itu tubuh kita sendiri. Kita pun tak bisa memerintahkan dan menyuruh sesuatu pun agar sembuh. Sebab, tubuh ini milik Allah. Penguasa dan pemeliharaan tubuh adalah Allah.
Sakit memberikan pemahaman akan Rabbilalamin dan Rabbinnas. Manusia tak bisa menguasai tubuhnya seperti manusia tak bisa menguasai alam semesta. Tubuh dan alam semesta dalam gengaman Allah. Walaupun tubuh itu "dirinya sendiri". Walaupun alam semesta bisa dieksplorasi oleh manusia.
Sakit menyadarkan akan hakikat diri manusia. Tubuhnya sendiri tak bisa dikendalikannya. Sehat dan sakit tak bisa dikendalikannya. Hanya bisa berupaya agar pola hidup sesuai hukum-hukum Allah yang bisa dipahaminya agar tetap sehat. Ingat kematian untuk menentramkan jiwa agar tubuh bisa menghasilkan sendiri imunitas yang bisa mengobati sakitnya.
0 komentar: