Kekuasaan Tanpa Etika
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Apa ciri kelemahan? Menerima kezaliman. Seperti Bani Israel yang menolak kehadiran Nabi Musa untuk membebaskannya dari Firaun. Pada sisi lain, sang penguasa menjadikan perbudakan, kemiskinan, ketakutan, kekejaman dan kelaparan menjadi senjata untuk mengokohkan kekuasaannya atas anak bangsa yang lemah. Yaitu, mereka yang hanya memikirkan perut, kemaluan dan kesenangan saja, walaupun kemerdekaan dan harga dirinya diamputasi.
Kezaliman tidak akan bisa membangun bangsa. Tidak akan mau membangun negri. Tak peduli dengan rakyatnya. Rakyatnya harus terus dibodohkan dan dimiskinkan. Sebab, kebodohan dan kemiskinanlah yang membuat kekuasaannya bertahan. Kesenjangan terus diciptakan. Dinasti dan oligarki kekuasaan politik dan ekonomi terus diabadikan dalam bentuk feodalisme.
Ekonomi dan kekuasaan hanya bergulir dan mengalir di tangan tertentu saja. Organisasi dan lembaga dibentuk hanya agar ekonomi dan kekuasaan bergulir dalam jaringan yang berhubungan dengannya saja, seperti jaring laba-laba. Banyak wajah, namun sebenarnya sama.
Memperhatikan rakyat hanya saat pilpres, pemilu dan pilkada dengan membagi-bagi bantuan gratis yang jumlahnya puluhan trilyun. Setelah menang, akan memeras rakyat dengan ribuan trilyun sampai tak terhingga melalui menaikkan pajak, mencabut subsidi, dan membuat perundangan yang menguntungkan lingkaran kekuasaannya sendiri. Uang rakyat yang dikumpulkan dibagi-bagikan atas nama sumbangan penguasa. Anggaran negara menjadi seperti dompetnya sendiri. Sumberdaya alam seperti harta warisan bagi kelompoknya sendiri.
Kekuasaan tanpa etika akan terjatuh di lubang yang sama, siapapun sosok penguasanya. Apapun sistem pemerintahan dan cara pemilihannya. Sebab, semua model pemerintah bisa direkayasa sesuai kehendak penguasa. Para diktator dan koruptor tidak hanya lahir dari kudeta, tetapi juga dari proses demokrasi.
Etika itu tidak bersumber dari hukum. Etika itu tidak bersumber dari logika dan ilmu pengetahuan. Etika itu dari hati. Etika itu bersumber dari langit. Etika bersumber dari rukun iman, Islam dan ihsan. Inilah etika yang komprehensif itu bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw.
Tak ada yang bisa tegak tanpa Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw, sebab apa yang dibangun oleh manusia semuanya bisa diselewengkan dan pemutarbalikan. Yang dirancang oleh manusia bisa direkayasa dan dimanipulasi sesuai kehendaknya sendiri. Yang dirancang manusia ada sisi kegelapan dan kesalahan yang bersumber dari hakekat manusia itu sendiri.
0 komentar: