Memahami Konsep Matematika dari Kisah di Al-Qur'an dalam Memetakan Solusi
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Di akhirat kelak, terjadi perdebatan tentang lamanya hidup di bumi, ada yang menjawab sehari, setengah hari, waktu siang saja bahkan sekedar pertemuan sesaat saja. Bagaimana memvalidasi kebenarannya? "Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung". (QS, al-Muminun:113). Jadi cara untuk menyelesaikan sebuah persoalan adalah dengan bertanya kepada yang memiliki kemampuan untuk berhitung.
Secara umum, apakah kedepannya pelajar di Indonesia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalannya? Hasil pengukuran literasi matematika pada 2022 yang diumumkan pada 3 Desember 2023 oleh Program for International Student Assesment (PISA) untuk siswa yang berusia 15 tahun di Indonesia menunjukkan bahwa skor literasinya di bawah rata-rata. Pelajar Indonesia hanya mencapai skor 365, sementara negara-negara yang mengikuti program tersebut memiliki nilai rata-rata 472.
Yang mengenaskan, jumlah siswa yang tidak mencapai level 2, yakni level minimum untuk bisa berhasil hidup di abad ke-21 mencapai 82%. Pada negara-negara lain hanya 29%. Artinya, akan ada lebih dari empat per lima pelajar Indonesia yang akan gagal hidupnya di abad 21. Padahal level 2 itu, berarti siswa mampu menyelesaikan masalah matematika yang sederhana dan dapat menerapkan pengetahuan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dimana, seluruh informasi yang dibutuhkan semuanya tersedia eksplisit di soal. Bagaimana keterkaitan matematika dengan pemecahan persoalan?
Memahami matematika, berarti memahami pola, model, atau rumusan. Semuanya yang terjadi di alam semesta memiliki pola tertentu, ukuran tertentu dan tanda-tanda tertentu, yang teratur, tetap dan tidak pernah berubah sepanjang zaman. Artinya, tidak ada yang rumit, acak, dan benang kusut. Semuanya bisa dikelompokkan dan dipisahkan ke dalam bagian tertentu sehingga menjadi sederhana.
Teori Archimedes dan Realativitas merupakan hasil pemahaman terhadap fenomena dan gejala di alam semesta yang dipahami oleh akal lalu disederhanakan menjadi model matematika. Teori permintaan dan penawaran dalam teori mikro ekonomi, merupakan hasil pemahaman atas respon yang terjadi di masyarakat bila terjadi perubahan kondisi penawaran dan permintaan.
Dengan memahami pola yang teratur dan tetap, maka akan bisa memahami karakter dan sifat yang berulang, sehingga bisa memprediksi dan merencanakan sesuatu agar bisa terwujud. Atau, memiliki kemampuan antisipasi dan tindakan preventif sebelum terjadi. Jadi yang dipelajari dari matematika, bukan kemampuan menghitungnya saja tetapi memahami bahwa semua yang terjadi di alam semesta memiliki pola sehingga bisa disederhanakan dan tidak ada keruwetan.
Tambah, bagi, kurang dan kali adalah operasi matematika. Mengenal angka-angka adalah cara mengenalkan matematika. Mengkonversi gejala dan peristiwa yang terpola menjadi sebuah yang bisa didefinisikan ke dalam simbol tertentu yang dipahami, merupakan cara mengenalkan matematika.
Bagaimana cara termudah mengenalkan matematika, yang tidak membosankan? Pelajarilah kisah para nabi dan rasul di dalam Al-Qur'an. Dalam kisah para nabi dan rasul terdapat pengenalan angka juga operasi matematika yang cukup membuat penasaran.
Mengapa Allah menjelaskan dakwah Nabi Nuh 1.000 tahun kurang 50 tahun. Tidak langsung 950 tahun saja?
Mengapa Allah menjelaskan tidurnya Ashabul Kahfi, 300 tahun tambah 9 tahun. Mengapa tidak langsung 309 tahun saja?
Pahala dari Allah dijelaskan dengan satu biji, tumbuh 7 tangkai, satu tangkai 100 biji? Mengapa tidak langsung 700 biji? Inilah operasi perkalian. Mengapa Allah menjelaskan pahala dimulai dari angka satu? Lalu ke 7, lalu ke 100? Mengapa bukan angka lain?
Mengapa Allah mengkaitkan angka 7 dengan lapisan bumi dan langit?
Mengapa Allah menyebutkan satu hari di akhirat sama dengan 1.000 tahun di dunia? Ini perbandingan dua dimensi waktu. Mengapa yang dibandingkan waktu?
Mengapa angka 6 dikaitkan dengan lamanya penciptaan langit dan bumi?
Jumlah Ashabul Kahfi, 3 orang, ke-4nya anjing. 5 orang, ke-6nya anjing. 7 orang, ke-8nya anjing.
Mengapa angka dua sering dikaitan dengan kisah-kisah yang berkaitan dengan kebun? Dan datang kepada Allah dengan berdua-dua atau sendiri.
Dalam pernikahan, mengapa dimulai dari angka 4, 3, 2, 1? Semua deret angka yang semakin kecil.
Allah menyebutkan bilangan tak terhingga tanpa batas, saat berbicara pahala, rahmat dan rezeki-Nya.
Angka 19 disebutkan sebagai jumlah penjaga di neraka Saqar. Untuk menguji orang-orang kafir.
Mengapa Rasulullah saw menyebutkan Asmaulhusna dengan kalimat 100 di kurang 1? Mengapa tidak langsung ke 99?
Mengapa dalam Al-Qur'an dan Hadist tidak ada angka 9 yang berdiri sendiri? Yang ada angka 19 atau 99? 9 adalah akhir dari angka.
Angka pecahan dijelaskan Al-Qur'an dalam warisan, setengah (1/2), seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), dua per tiga (2/3), sepertiga (1/3), dan seperenam (1/6).
Operasi pembagian matematika dijelaskan saat Allah mendistribusikan karunia-Nya kepada manusia.
Angka nol (0) dan 1 (satu) secara beriringan disebutkan, yang disebut sebagai bilangan biner pun, asalnya dari kalimat Tauhid. Apa maknanya?
Ternyata konsep dasar matematika pun sudah diajarkan Allah melalui kisah-kisah di dalam Al-Qur'an. Tujuannya agar persoalan hidup bisa disederhanakan sehingga mendapatkan solusinya. Bukankah kisah di Al-Qur'an merupakan bank data persoalan dan solusi kehidupan?
0 komentar: