Kiprah Di Sisa Umur
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Mendefinisikan kiprah hidup. Mendefinisikan kiprah dakwah. Mendefinisikan kiprah jihad. Dimanakah posisinya dalam membangun umat manusia? Aku ingin memilih jalur sepi. Jalur yang tak diminati. Jalur yang dianggap profesi yang hina dan tak prospek oleh sebagai banyak orang. Jalur yang ditinggalkan banyak orang karena tidak prestisius.
Profesi di antara gunung dan perbukitan. Profesi di antara pepohonan, semak belukar, alang-alang dan rerumputan. Profesi yang bergulat dengan tanah yang kotor. Bergelut dengan hewan tanah yang menjijikkan dan menggelikan. Inilah jalan yang ku pilih.
Profesi yang setiap hari memandang hijaunya dedaunan. Melihat ngarai lembah yang dilalui sungai kecil. Melihat sawah menghampar dengan terpaan sengatan panasnya sinar matahari dan angin yang kencang. Setiap detik, memandang gambaran surga.
Setiap hari menjadi yang paling bahagia di kolong jagat. Setiap hari menjadi yang paling beruntung. Merasakan kedekatan Allah. Merasakan alam semesta sebagai sahabat. Teman beribadah. Perbedaannya hanya Allah telah mengangkat menjadi khalifah di muka bumi atas kehendak-Nya.
Manusia itu sama dengan hewan dan tanaman. Manusia itu sama dengan bumi, matahari dan bulan. Yang berbeda, karena Allah dengan kehendak-Nya memilih manusia sebagai khalifah-Nya. Seandainya anjing diangkat jadi khalifah, bukan manusia, bagaimana takdir manusia hari ini? Nikmat Allah mana yang didustakan?
Setiap saat menengadahkan tangan, harapan dan mata ke langit. Mengharapkan hujan, embun, sinar matahari, cahaya rembulan dan angin. Setiap hari mengharapkan bantuan hewan tanah, burung, ulat, dan serangga lainnya. Tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali hanya berharap saja.
Tidak ada daya upaya kecuali atas ijin dan kehendak Allah. Setiap hari hanya berserah diri. Setiap hari hanya mengikuti takdir saja. Setiap hari menyaksikan fenomena hari kebangkitan dengan kasat mata. Itulah hari-hari yang dilalui. Itulah pondasi profesi di sisa umur ini.
0 komentar: