Hijrah Rasulullah saw, Mesinergikan Pusat Perdagangan dan Pertanian
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Sensus pertanian 2023 tahap I sudah dipublikasikan. Hasilnya, terjadi penurunan 2,35 juta unit usaha pertanian jika dibandingkan dengan 2013. Penyebabnya, lahan pertanian yang terus menyempit dan minimnya generasi muda yang mau terjun ke pertanian. Pada sisi lain, import pertanian terus meningkat. Peluang besar, namun peminatnya berkurang? Sesuatu yang sangat ganjil. Bagaimana memecahkan persoalan ini?
Dalam kitab Bidayah wa Nihayah Ibnu Katsir pada peristiwa menjelang Hari Kiamat, seseorang bertanya pada Rasulullah saw tentang apa yang harus dilakukan saat fitnah akhir zaman terus menguat? Rasulullah saw menjawab agar mengurus tanah dan ternak serta mematahkan mata pedang. Di hadist yang lain, Rasulullah saw menjelaskan bila esok Hari Kiamat, maka yang dilakukan adalah menanam pohon. Artinya, semakin mendekati Hari Kiamat terjun ke dunia pertanian semakin menarik dan menguntungkan. Mengapa di Indonesia justru ditinggalkan?
Hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah, merupakan perubahan dari pusat perdagangan ke pusat pertanian. Mekah sebuah kota perdagangan, jadi rentan mengalami gonjang-ganjing yang tak terduga. Buktinya, saat Rasulullah saw diblokade secara ekonomi oleh Musyrikin Quraisy, Rasulullah saw dan Bani Hasyim mengalami krisis yang parah karena pemenuhan kebutuhan pokoknya mengandalkan barang dari luar, tidak dar hasil bumi sendiri.
Hijrah ke Madinah, membuat fundamental perekonomian Muslimin semakin kuat, karena pertanian dan perdagangan berkolaborasi. Muhajirin sangat ahli berdagang. Sedangkan Anshar sangat ahli bertani. Rasulullah saw mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar bukan sekedar dari sudut keimanan semata tetapi juga sebuah kolaborasi antara kompetensi perdagangan dan pertanian. Nilai tambah pertanian menjadi melonjak luar biasa dengan bertambahnya orang yang terjun mengolah pertanian, menjualnya pun jadi sangat mudah karena Muhajirin sudah teruji soal jaringan bisnis yang luas hingga ke Syam dan Yaman.
Bertambahnya penduduk Muhajirin ke Madinah juga menaikan tingkat konsumsi. Dimana dalam banyak kasus, pertumbuhan perekonomian sebuah negara disebabkan karena naiknya konsumsi dengan meningkatnya jumlah penduduk. Roda perekonomian menjadi terus bergerak. Beberapa negara mengalami penurunan pertumbuhan perekonomian karena kurangnya bayi yang lahir seperti di Jepang.
Daya tahan perekonomian Muslimin di Madinah teruji saat terjadinya perang Khandaq. Walaupun Rasulullah saw dan Sahabat dikepung oleh gabungan pasukan Quraisy dan seluruh kabilah Arab selama beberapa waktu padahal di saat musim paceklik, Muslimin masih kuat karena Madinah memiliki ketahanan pangan yang tinggi dari hasil buminya. Berbeda dengan Mekah, saat distribusi pangan diblokade dari luar, Musyrikin Quraisy mengalami kelaparan sehingga meminta bantuan Rasulullah saw agar pihak yang memblokade segera menghentikan aksinya.
Rasulullah saw juga terus mengembangkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas panen. Rasulullah saw membiarkan seorang Anshar yang mengawinkan pohon kurma dengan teknologi hasil risetnya bertahun-tahun. Awalnya, Rasulullah saw melarang, namun ketika hasilnya menurun, maka Rasulullah saw memerintahkannya untuk dilanjutkan kembali. Sebab, Rasulullah saw lebih paham dunia perdagangan dari pada pertanian.
Rasulullah saw hijrah ke Madinah untuk mengokohkan fundamental perekonomian Muslimin dengan ketahanan pangan yang tidak dimiliki oleh Mekah. Juga meningkatkan nilai tambah pertanian Madinah melalui sinergi dengan Muhajirin yang ahli perdagangan di Mekah. Kekuatan Mekah dan Madinah berpadu menjadi mercusuar perekonomian di Jazirah Arab. Ingin menggairahkan pertanian dan perdagangan dari kehancuran? Belajarlah kepada Rasulullah saw yang sukses memadukan sektor hilir dan hulu.
0 komentar: