Terbalik, Justru Zionis Israel yang Dikurung oleh Gerakan Perlawanan?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Rencana serangan darat Zionis Israel ke Gaza tidak saja hanya memperhitungkan kekuatan gerakan perlawanan di Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam, tetapi juga respon gerakan perlawanan di negara-negara yang mengelilinginya. Pasca Arab Spring yang dihancurkan oleh Amerika dan sekutunya, justru memunculkan menurunnya kekuatan negara, lalu berpindah pada gerakan perlawanan senjata di sejumlah negara. Ini yang tak bisa dikendalikan secara diplomasi dan lobi-lobi negara seperti di PBB.
Gerakan perlawanan di Yaman mulai meluncurkan rudalnya yang diperkirakan diarahkan ke Zionis Israel. Rudal ini sudah dihadang oleh Amerika melalui kapal induknya. Tersebar berita, gerakan perlawanan Irak mulai mendekati perbatasan Zionis Israel. Sedangkan Hizbullah sudah membuka front terbuka di pendudukan Israel bagian utara sejak awal.
Kemampuan persenjataan tidak lagi didominasi dan dimonopoli oleh Amerika dan sekutunya. Turki dan Iran sudah memiliki kemampuan yang sama. Rusia dan Tiongkok menjadi pesaing utama Amerika. Bahkan Joe Biden sudah menyamakan bahwa Hamas sudah seperti Rusia. Artinya, gerakan perlawanan akan menjadi lebih mudah mendapatkan akses senjata untuk perlawanan.
Timur Tengah semakin berani kepada Amerika dan Sekutunya. Presiden Palestina dan raja Yordania menolak bertemu dengan Joe Biden. Pangeran Arab Saudi dan Qatar berani mengkritik keras Amerika dan Inggris. Bahkan berani menunda normalisasi dengan Zionis Israel. Negara Timur Tengah mungkin tidak terbuka membantu Palestina secara langsung seperti dalam perang Arab 6 hari dan Yom Kiffur, tetapi bisa jadi menyalurkannya melalui gerakan perlawanan yang melawan Zionis Israel.
Saat final Piala Dunia di Qatar saja, keberpihakan mereka terhadap Palestina sangat terlihat dengan mengibarkan bendera Palestina di sejumlah pertandingan. Apalagi dengan peristiwa terbaru, berupa pemboman Rumah Sakit yang membuat luka yang sangat mendalam bagi bangsa Arab. Dalam sejarah, bangsa Arab memiliki ikatan kesukuan dan harga diri yang kuat. Mungkinjah akan bermunculan para Usamah bin Laden baru seperti saat Amerika membuat pangkalan militer di Arab Saudi pada era 90-an?
Afghanistan dan Checnya sudah resmi bersedia memberikan bantuan pasukan. Bila senjata saja bisa masuk ke Gaza, apalagi mereka yang sudah terbiasa bertempur sebagai prajurit terbaik? Zaman telah banyak berubah. Pembelaan Amerika terhadap senjata, dana dan jalur diplomasi, seperti memveto di PBB, terhadap Israel tidak lagi signifikan seperti dulu. Kekuatan baru yang tak terstruktur bermunculan dan terkendali terus bermunculan. Apa akibatnya?
Bisa jadi rencana Zionis Israel mengepung dan memborbardir rakyat Palestina di Gaza dengan serangan darat menjadi pengepungan Zionis Israel oleh para gerakan perlawanan. Seperti yang terjadi di Nusantara saat era penjajahan Belanda. Saat para raja sudah mandul melakukan perlawanan, muncullah gerakan perlawanan rakyat yang dipimpin oleh para ulama. Gerakan perlawanan di sekitar perbatasan Zionis Israel sepertinya hanya menunggu momentum saja.
Gerakan perlawanan mungkin tidak melumpuhkan pasukan Zionis Israel, minimal mendown grade opini kehebatan dan menumbuhkan rasa tidak aman di daerah pendudukan yang berefek pada ketidakpercayaan pada penguasa Zionis Israel, ini yang membuat gejolak internal semakin kuat. Seperti Amerika yang diserang oleh rakyatnya sendiri seperti di perang Vietnam.
0 komentar: