Tepi Barat, "Saya Mencintai Gaza"
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Rakyat Palestina di Gaza, adakah yang memiliki daya tahan dan ketangguhan seperti mereka? 15.000 syahid, ratusan ribu luka-luka. Namun tak ada sedikitpun kesedihan penderitaan dan ratapan kehinaan. Yang muncul justru wajah-wajah ketangguhan yang meremukan kepongahan penjajah Israel dan Barat.
Rakyat Palestina di Gaza, merelakan seluruh bangunannya luluh lantah. Tak ada tempat yang bersih dari puing bangunan. Tak ada tempat yang bersih dari serpihan rudal, roket, dan peralatan tempur. Kepulan asap pertempuran, jejak dan sisa pertempuran masih berbekas. Setiap yang mereka bangun selalu dihancur setiap saat oleh penjajah Israel. Namun tak ada sedikitpun ratapan. Keteguhan jiwa mereka melampaui semua keteguhan yang ada di alam semesta.
Gunung masih terguncang. Tanah masih bergetar karena gempa. Padahal gunung makhluk Allah yang paling kokoh. Namun kekokohan rakyat Palestina di Gaza, melampaui semuanya. Jiwa mereka bergetar hanya dengan lantunan Al-Qur'an. Jiwa mereka terguncang hanya bila takut kepada Allah. Bila seperti ini, tak ada satu pun kekuatan di muka bumi yang dapat melemahkan mereka.
Rakyat Palestina di Gaza berbahagia melihat saudaranya di Tepi Barat keluar dari tahanan jeruji besi penjajah Israel yang sudah mendekam hingga belasan tahun melalui pertukaran sandera dengan tahanan rakyat Palestina. Rakyat Palestina di Gaza hidup bukan untuk dirinya, tetapi untuk kebahagiaan saudaranya di Tepi Barat. Adakah ikatan hati seperti rakyat Gaza untuk tanah Palestina?
Rakyat Palestina di Tepi Barat, Sarah Abdullah dari Nablus, merasakan kecintaan rakyat Gaza pada dirinya. Dia pun berkata, "Saya bangga dengan Hamas dan saya sangat mencintai Gaza, dan saya bangga dengan Muhammad Dheif (Komandan Al-Qassam) dan Yahya Sinwar (Ketua Hamas di Gaza), karena hanya mereka yang mendukung kami. Terima kasih." Sambil ekspresi muach berkali-kali.
Tahanan yang dibebaskan di Tepi Barat, berkata juga, "Rakyat kami di Gaza, kami berhutang budi kepada anda.” tulisan-tulisan dalam penyambutan dua tahanan, Rawda Abu Ajamiya dan Fatima Shaheen, di pemukiman Dheisheh di Betlehem. Rakyat Palestina di Gaza telah menjadi pahlawan bagi tanah Palestina.
Di Tepi Barat seperti perayaan hari raya. Di Gaza, setelah masa genjatan senjata apakah akan dibombardir lagi? Apakah listrik, air, makanan, minum dan bahan bakar akan diputus lagi? Rakyat Palestina di Gaza tak lagi mempersoalkan hal itu. Sebab, hidupnya bukan untuk dirinya tetapi untuk tanah Palestina yang diberkahi Allah. Allah telah mencabut egonya dari hatinya.
Taman surga telah mengitarinya. Surga telah berbenah menunggu kedatangannya. Malaikat Ridwan dan bidadari telah berhias untuk menyambutnya. Bau mesiu dari satu dentuman rudal, roket dan peluru adalah aroma wangi surga. Adakah yang bisa menggantikan keindahan ini?
Tepi Barat bersiap menyambut seruan dari rakyat Palestina di Gaza. Seruan ketulusan dan keikhlasan. Seruan keberanian dan keteguhan. Seruan perlawanan yang tidak pernah lelah. Rakyat Palestina di seluruh penjuru dunia bersiap pulang untuk berjuang bersama. Rakyat Palestina di Gaza telah menyadarkan bahwa mereka memiliki kekuatan yang tak tertandingi oleh siapapun dengan ijin Allah.
Rakyat Palestina di Gaza menyadarkan masyarakat di dunia ketiga. Menyadarkan mereka yang berada di ketiak adi daya negara, ekonomi dan militer. Yaitu, kekuatan itu ada dan bersemayam pada setiap bangsa dengan ijin Allah. Rakyat Palestina di Gaza menyadarkan gerakan Renaisans Dunia.
0 komentar: