Penindasan Penjajah Israel Terhadap Tentaranya
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Penjajah Israel memiliki 360.000 pasukan tempur yang bisa diberdayakan sebagai tentara reguler atau cadangan. Untuk mensukseskan serangan darat ke Gaza, yang ada di Eropa ditarik pulang. Namun tak semua pasukan mau ditempatkan di Gaza. Akhirnya, penjajah Israel memberlakukan hukuman penjara bagi tidak mau bertempur dan menurun pangkat kemiliterannya. Fenomena apakah ini? Ternyata penjajah Israel tidak saja menindas warga Palestina, namun juga menindas tentara mereka sendiri.
Masih ingat prilaku Bani Israel di era Talut, pasca Nabi Musa? Ribuan Bani Israel keluar untuk berperang. Namun diperjalanan mereka menarik diri karena takut mati dan tak kuat dengan sedikitnya dukungan logistik. Yang tersisa hanya 300-an saja. Ingat kisah gajah Abrahah saat penyerbuan ke Mekah untuk penghancuran Kabah? Mereka tidak mau berjalan bila dihadapkan ke Mekah. Inilah fenomena psikologis yang dialami tentara penjajah Israel.
Jiwa Bani Israel bukanlah jiwa petarung. Dibawah kekuasaan Firaun, mereka menjadi bangsa tertindas dan tak ada kemauan untuk bangkit walapun Nabi Musa dan Harun bersamanya. Diutusnya dua Nabi secara bersamaan dan ditunjukan secara langsung kemukjizatan tongkat Nabi Musa secara kasat mata menunjukkan kelemahan mental dan kedurhakaan yang sangat parah. Penjajah Israel menghadapi kondisi ini pula dalam menggerakan jiwa bertempur tentaranya, maka dilakukan "penindasan" di tubuh internal tentaranya.
Sebelum penyusupan 7 Oktober 2023 oleh Hamas ke daerah pendudukan Israel, di tubuh internal tentara penjajah Israel tengah terjadi epidemi kesehatan mental yang parah. Indikatornya, prilaku bunuh diri tentara yang terus meningkat setiap tahunnya dan banyaknya trauma setelah penugasan militer. Apa penyebabnya?
Penugasan militer di daerah pemukiman pendudukan pun ternyata menimbulkan trauma berat juga. Sejak 2002, para jurnalis berusaha untuk memperingatkan pemerintah penjajah Israel agar mengakui dan ‘memperhitungkan dampak psikologis manusia’ dari pendudukan dan mempertimbangkan dampak jangka panjangnya, ‘sebelum hal-hal abnormal’ menjadi ‘norma’. Namun kritikan ini tidak digubris oleh penguasa penjajah Israel.
Laporan Haaretz mengatakan bahwa bergabung dengan tentara “semudah mendaftar untuk mendapatkan kartu perpustakaan”, Pasukan Pendudukan Israel (IOF) tidak ketat memeriksa profil medis atau psikologisnya. Kebanyakan tentara berbohong soal riwayat penyalahgunaan narkoba, alkohol dan masalah kesehatan mental parah lainnya. Sekarang, sebagian besar yang bergabung dengan IOF hanya pelarian dari kegagalan pendidikan atau penyalahgunaan narkoba di kampung halaman mereka. Ini salah satu penyebab lemahnya mental bertempur pasukan penjajah Israel.
Penjajah Israel pun melakukan "pemaksaan" wajib militer. Pemeriksaan psikologis diperlukan sebelum direkrut, namun IOF berhati-hati dalam mengecualikan warga negaranya. IOF menuduh mereka yang mengaku sakit jiwa hanya sebuah klaim palsu agar dibebaskan dari wajib militer. Pada akhirnya, banyak tentara yang terpaksa menjalani wajib militer meski memiliki masalah kesehatan mental.
Jumlah tentara yang berusaha menghindari wajib militer karena masalah kesehatan mental terus meningkat, melonjak dari 7,9% pada 2020 menjadi 13% pada 2023. Sebagai tanggapannya, IOF meluncurkan program untuk mengurangi jumlah pengecualian psikologis dan membuat lebih sulit bagi tentara untuk membebaskan diri dari wajib militer karena alasan psikologis.
Semakin sulitnya warga negara yang berkualitas untuk dijadikan tentara, maka komposisi tentaranya menjadi, dua pertiganya dari wajib militer. Sisanya, tentara bayaran dan relawan asing yang dibawa dari AS. IOF juga mengembangkan strategi baru di daerah pendudukan, dimana para pemukim barunya dijadikan milisi teroris "import" yang dilindungi oleh IOF untuk menyerbu dan membakar desa-desa Palestina. Sehingga IOF dapat menghindari tanggung jawabnya atas trauma kekerasan yang dialami pada tentara akibat akibat serangan ke rakyat sipil Palestina. Pemukim teroris baru ini diakomodir sebagai hierarki dalam pasukan pendudukan di urutan terbawah dalam tangga sosial dan militer. Mereka mendapat imbalan akomodasi dan uang bila menyerang warga Palestina.
Pasca genjatan senjata dengan Hamas yang hanya beberapa hari saja, yang hanya menunggu pertukaran tawanan selesai, akan semakin menyulitkan kekuatan mental tempur penjajah Israel. IOF sudah meminta diperpanjang. Para petinggi militer sudah sangat mengkhawatirkan hal ini. Fakta dan informasi kehancuran infrastruktur militer dan ketakutan pasukan penjajah Israel selama pertempuran darat terus menyebar. Bisakah penjajah Israel memulihkannya dalam waktu singkat? Padahal tidak ada perang frontal saja mereka sudah terkena gangguan mental yang berat.
0 komentar: