Menangkal Para Pembisik di Akhir Kekuasaan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Di akhir masa jabatan kekuasaan, apa saja yang dirasakan dan ditakuti? Perhatikan fenomena sakratul maut. Syetan mendekati dengan memasukan segala was-was ketakutan dan kekhawatiran. Salah satunya tentang kekurangan harta dan masa depan keturunannya. Banyak kasus korupsi dan perbuatan yang melampaui kewenangannya yang menimpa penguasa dan pejabat di akhir masa jabatannya. Apakah ujian ini hanya menimpa orang tertentu saja?
Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang disetarakan dengan Khalifatur Rasyidin, juga merasakan dan mengalami ujian dan godaan di akhir kekuasaannya. Bagaimana cara dia menangkal godaannya? Bagaimana cara mematahkan argumentasi para pembisik lingkaran terdekatnya yang mencoba mempengaruhi dan menjerumuskannya?
Umar bin Abdul Aziz memiliki putra yang bernama Abdul Malik. Dia membantu, memotivasi dan mengingatkan sang Ayah. Saat sang Ayah beristirahat karena kelelahan bekerja dan pekerjaan akan diselesaikan esok hari, dia berkata, "Apakah ayah yakin besok masih hidup?" Saat sang Ayah terlihat "lambat" dalam menegakkan Sunah Rasulullah saw, dia mengingatkannya. Umar bin Abdul Aziz sering memuji putranya tersebut. Apakah sang putra akan menjadi penerusnya kelak?
Saat putranya, Abdul Malik, wafat, Umar bin Abdul Aziz ditanya oleh sahabatnya, "Apakah jika dia hidup, kau akan mewasiatkannya agar dia menjadi penggantimu?" Umar berkata, "Tidak!" Sahabatnya berkata, "Lalu mengapa kau sering memujinya?" Umar menjawab, "Sebab saya khawatir jika saya mengangkatnya (sebagai khalifah), maka dia akan dihormati sebagaimana ayahnya dihormati." Umar bin Abdul Aziz tidak tergoda mengangkat anaknya menjadi khalifah penggantinya walau dia memiliki 14 anak.
Saat Umar bin Abdul Aziz terbaring sakit, datanglah orang terdekatnya, Maslamah bin Abdul Malik, dengan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya engkau meninggalkan anak-anakmu yang akan menjadi tanggungan orang lain. Tinggalkan pesan! Apakah yang harus aku lakukan terhadap mereka (dari Kas Negara). Aku akan melakukan sesuatu atas namamu. Engkau sama sekali tidak meninggalkan harta untuk mereka. Engkau tak memberikan mereka apa-apa?"
Umar menjawab, "Wahai Maslamah, anak-anakku memiliki Allah yang telah menurunkan al-Kitab. Dia-lah yang mengurus orang-orang shaleh. Anak-anakku ada dalam dua kemungkinan: taat kepada Allah sehingga Allah tidak akan menyia-nyiakan mereka, atau bermaksiat. Karena itu, aku tidak mau membantu mereka melakukan maksiat dengan memberinya harta."
Dalam riwayat lain, Maslamah membawa uang seribu dinar (dari Kas Negara) dihadapan Umar bin Abdul Aziz, agar dia mewasiatkannya untuk diberikan kepada anak-anaknya, namun Umar menolaknya dan memerintahkannya untuk dikembalikannya. Umar tidak ingin menjadikan anak-anaknya menjadi orang kaya dari yang tidak halal, namun setelah itu dimasukkan ke api neraka.
Berdasarkan riwayat, warisan yang diberikan Umar bin Abdul Aziz untuk anak-anaknya, per anak hanya 19 dirham. Sedangkan warisan yang diterima anak-anak khalifah Hisyam bin Abdul Malik, setiap anaknya mendapatkan 1.000.000 dirham. Umar bin Abdul Aziz telah lulus menghadapi ujian-ujian yang dihadapi oleh setiap para penguasa di penghujung kekuasaannya.
0 komentar: