Masa Hidup Hanya Satu Tarikan Nafas
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Berserah diri itulah warna kehidupan seorang hamba. Berserah diri itulah yang menjadi tujuan Nabi Ibrahim dan Ismail. Saat takdir sudah dalam goresan Lauhul Mahfudz. Apalagi yang bisa dilakukan? Berserah diri adalah mata air yang melahirkan karakter utama lainnya.
Berserah diri dalam menyikapi masa lalu dengan beristighfar dan bertaubat. Berserah diri terhadap masa depan dengan bertawakal. Berserah diri terhadap hari ini dengan berikhtiar dan ridha terhadap hasilnya. Berserah diri menjadikan Allah sebaik-baiknya tempat bergantung, berlindung, dan penolong.
Masa lalu tak bisa diubah. Keburukan masa lalu. Kebaikan masa lalu hanya bisa diperbaiki, dipenuhi hikmah pelajaran, menjadi pengalaman berharga dan ditingkatkan di hari esok bila dimuhasabahi, diistighfari dan ditaubati. Namun bila tak berserah diri yang muncul hanya diratapi, disesali, tak puas yang akhirnya merusak diri.
Masa depan tak ada yang tahu. Sedetik kedepan tak ada yang tahu. Menyikapinya dengan bertawakal. Tawakal merupakan sifat berserah diri terhadap masa depan. Mengapa berserah diri? Karena Allah memiliki Asmaulhusna-Nya. Hanya itu keyakinannya.
Masa sekarang hanya berumur satu tarikan nafas. Satu tarikan nafas selesai, sudah menjadi masa lalu. Yang panjang ada masa lalu dan masa depan. Masa terpendek adalah masa sekarang yang lamanya hanya satu detik saja. Maka berikhtiar itu sangat mudah dan ringan karena hanya berinteraksi dengan satu detik saja.
Berikhtiar merupakan bentuk berserah diri. Sebab, yang bisa "kun fayakun" hanya Allah. Bekerja dan berkarya karena manusia tidak bisa ber"kun fayakun", tetapi harus melalui tahapan dan proses yang telah ditetapkan Allah. Seperti pohon berbuah yang melalui proses dari menaruh biji ke tanah.
Berikhtiar berarti menikmati kehambaan. Kehambaan adalah derajat tertinggi seorang makhluk. Jatuh bangun berarti menikmati kehambaan. Bangkit terpuruk berarti menikmati kehambaan. Berikhtiar merupakan puncak kehambaan. Berserah dirilah maka semuanya menjadi nikmat.
0 komentar: