Kerusakan Mental Para Pembunuh Sipil
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Mengapa Islam melarang pasukannya menembak anak, perempuan dan orang tua renta? Apalagi membantainya. Dalam perang, anak, wanita, tua renta dam yang tidak bertempur tetap dijaga darah, harta, nyawa, agama, keturunan dan kehormatannya. Hukum ini berlaku bagi semuanya.
Membunuh anak, wanita dan tua renta, tidak akan pernah mendapatkan kemenangan secara militer. Sebab, tak ada fasilitas militer yang dihancurkan. Yang terjadi justru perlawanan semakin meluas dan kuat karena alasan untuk melawan sudah sangat personal.
Secara psikologis, membunuh anak, wanita dan tua renta akan merusak mental tentaranya. Perasaan bersalah dan trauma semakin membebani. Ingat kisah film Samurai Jepang? Tentang pembunuh Hitokiri Battsai yang membunuh seorang ayah dihadapan putrinya? Tangisan sang putrinya membuat trauma mendalam bagi sang samurai si pembunuh berdarah dingin tersebut. Bagaimana jadinya dengan tentara biasa?
Penugasan militer di daerah pemukiman pendudukan, yang membunuh anak, wanita dan tua renta, ternyata menimbulkan trauma berat juga. Sejak 2002, para jurnalis penjajah Israel berusaha untuk memperingatkan pemerintah penjajah agar mengakui dan ‘memperhitungkan dampak psikologis manusia’ dari pendudukan dan mempertimbangkan dampak jangka panjangnya, ‘sebelum hal-hal abnormal’ menjadi ‘norma’. Namun kritikan ini tidak digubris oleh penguasa penjajah.
Bagaimana nasib mereka yang membunuh anak, wanita dan tua renta? Perhatikan nasib Musolini pemimpin Fasis Italia yang telah membunuh 70.000 rakyat Libya dengan cara membuat camp konsentrasi pada 1929-1934. Rakyat Libya diusir dari tanahnya. Lalu dikumpulkan di satu tempat yang kering kerontang dan dipagar tanpa fasilitas kehidupan yang memadai.
Musolini akhirnya mati dengan sangat mengenaskan. Malam-malamnya, diserbu oleh ketakutan karena kekalahan dari sekutu. Dirinya ditangkap oleh para perlawanan di negrinya sendiri. Dibunuh lalu mayatnya digantung di tengah kota Milan dengan posisi kepalanya dibawah. Hitler di Jerman dan Stalin di Rusia pun bernasib sama.
Firaun sang pembunuh bayi pun terus dihantui ketakutan oleh mimpinya. Kekuasaan, kekuatan militer dan pendanaan yang kuat. Serta pendukungnya yang setia tidak bisa membuatnya tentram. Haman dan Qarun pun di hantui ketakutan. Itulah efek trauma ketakutan yang dipaparkan dalam Al-Qur'an dari efek pembunuhan terhadap anak, wanita dan tua renta.
0 komentar: