Gaza Palestina, Tempat Dagang Terakhir Ayahnya Rasulullah saw
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Ayahanda Rasulullah saw, Abdullah bin Abdul Muthalib, merupakan seorang saudagar. Saat wafatnya pun ketika sedang menjalankan profesinya sebagai saudagar. Bila Rasulullah saw sudah berdagang di usia belasan tahun, dengan melihat berdagang sebagai budaya suku Quraisy, maka sebelum menikah dengan Siti Aminah pun, ayahnya Rasulullah saw sudah melakukan perjalanan dagang juga.
Kurang lebih dua atau tiga bulan setelah pernikahannya dengan Siti Aminah, Abdullah bin Abdul Muthalib keluar menuju Syam menuju Gaza (sekarang Palestina) bersama salah satu dari dua kafilah Quraisy dengan membawa barang-barang perniagaan. Saat itu Siti Aminah nampaknya telah hamil.
Palestina (Syam) merupakan tempat tujuan dagang yang paling sering dikunjungi oleh suku Quraisy. Terbukti saat Isra Miraj, Rasulullah saw bertemu dengan kafilah Quraisy yang baru pulang dari Palestina. Suku Quraisy pun sangat hafal secara detail struktur bangunan Masjidil Aqsa. Untuk menguji kebenaran Isra Mirajnya Rasulullah saw, suku Quraisy bertanya seluk beluk Masjidil Aqsa kepada Rasulullah saw.
Rombongan kafilah dagang Abdullah pun berhasil menyelesaikan perniagaannya dan bergegas pulang. Dalam perjalanan pulang dari Syam, waktu sampai kota Yatsrib, mendadak dia jatuh sakit. Abdullah pun berkata, "Biarkan aku tinggal disini saja, di tempat paman-pamanku yaitu di lembah Bani Adi An Najjar." Abdullah tinggal di tempat ini selama sebulan.
Sedangkan teman-temannya segera pulang dan sampai di Mekah. Melihat rombongan Abdullah sudah tiba di Mekah, namun putranya tidak ada, Abdul Muthalib bertanya kepada mereka tentang keberadaan Abdullah. Mereka memberitahukan bahwa Abdullah tinggal di rumah pamannya di Madinah dalam keadaan sakit.
Abdul Muthalib segera mengutus anaknya yang tertua yaitu Harits untuk menemui Abdullah. Harits mendapatkan adiknya, Abdullah, telah wafat dan dimakamkan di tempat salah satu pemuka Bani Adi bin Najar. Harits pun pulang dan memberitahukan wafatnya Abdullah pada Abdul Muthalib. Abdul Muthalib pun mengalami kesedihan yang mendalam.
Abdullah wafat dalam usia 24 tahun. Saat itu Rasulullah saw berada dalam kandungan dengan usia kurang lebih 3 bulan. Abdullah meninggalkan warisan seorang budak yang bernama Ummu Aiman dan lima ekor unta dan sekumpulan kambing.
Sumber:
Al-Wafa, Ibnul Jauzy, Pustaka Al Kautsar
Harta Nabi, Abdul Fattah As Saman, Pustaka Al Kautsar
0 komentar: