Tragedi RS Al Shifa Gaza, Efek Kemandulan atau Kebohongan Intelejen Amerika dan Penjajah Israel?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Al Shifa merupakan rumah sakit (RS) terbesar di Gaza. Terletak di barat laut. Untuk menembus lokasi ini, penjajah Israel harus mengerahkan tank, angkatan laut dan udara guna menghadapi perlawanan rakyat Palestina. Mengapa RS Shifa menjadi target utama? Data intelejen Amerika menyebutkan ada penimbunan senjata dan pencurian bahan bakar, dijadikan pusat komando dan kontrol, rumah sakit dan pasiennya dijadikan perisai hidup oleh Hamas.
RS Shifa dikepung. Tank berjejer di halaman.Tentara penjajah melepaskan tembakan ke arah jendela dan menghancurkan seluruh jendelanya. Bila ada yang bergerak di RS, akan ditembak oleh para snipernya. Mereka memasuki RS dengan menyerbu seluruh kamar pasien, dan masuk ke ruang bawah tanah rumah sakit, tanpa menemukan apa pun kecuali peralatan medis.
Tentara penjajah terus menyerang gedung-gedung kompleks medis dengan meledakkan pintu dan dinding pintu masuk barat, menyerang jenazah para syuhada yang terletak di pintu masuk rumah sakit, dan menggali kuburan massal para syuhada yang dimakamkan. Karena tidak menemukan sesuatu, mereka pun meledakkan gudang obat-obatan dan peralatan medis di rumah sakit.
Koresponden militer Aour Heller - Saluran Ibrani 13- mengatakan, "Meskipun terdapat informasi intelijen. Sayangnya, tentara Israel tidak menemukan satu pun tahanan (sandera) di Rumah Sakit Al-Syifa." Bukan hanya itu, klaim juru bicara keamanan nasional Amerika, John Kirby kepada para wartawan di dalam pesawat Air Force One bahwa RS dijadikan markas Hamas, ternyata tidak terbukti. Apa arti ini semua?
Klaim tentang data intelejen bahwa RS dijadikan markas Hamas bisa jadi tidak pernah ada. Hanya rekayasa yang diada-adakan untuk membenarkan genosida terhadap rakyat sipil. Juga, sudah kehilangan akal dan putus asa, sebab sudah lebih dari sebulan sandera belum ditemukan dan perlawanan terus berlanjut. Semakin lama, mental tempur semakin berkurang, sedangkan tekanan publik semakin menguat. Bila data intelejennya benar-benar ada, berarti para intelejennya tidak piawai dalam mendapatkan dan mengolah informasi yang diperoleh sehingga terjadi kesalahan kesimpulan yang akhirnya mempermalukan Mossad dan CIA.
Surat kabar Inggris Middle East Monitor (MEM) mengatakan pada Selasa (15/11) bahwa Israel telah kehilangan kredibilitasnya sebagai akibat dari banyaknya tuduhan yang tidak didukung bukti melawan gerakan Hamas, berbeda dengan kredibilitas superior faksi perlawanan Palestina yang memberikan kesaksian bukti cerita-ceritanya.
Sedangkan Hamas selalu membuktikan klaim-klaimnya melalui video-videonya. Bahkan cara penyusupan pada 7 Oktober 2023 ke wilayah pendudukan Israel, penghancuran 160 tank, buldoser dan kendaraan tempur penjajah Israel terdokumetasikan sangat baik. Sehingga klaim dari Hamas lebih dapat dipercaya dari pada penjajah Israel.
0 komentar: