Jalan Ruhani Walisongo
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Menurut para Walisongo, yang terhimpun dalam Keropak Ferrara, para penempuh jalan ruhani adalah gemar berpuasa, bangun tengah malam dan menyendiri untuk tafakur, tadabur, dan muhasabah. Dengan berpuasa, akal akan bercahaya. Dengan bangun malam, hati akan bercahaya. Dengan menyendiri, tak terpedaya dengan fitnah dunia. Orientasi dunia sangat mudah dienyahkan.
Akal menjadi sempurna bila tidak disetir dan dikendalikan oleh hawa nafsu. Pertimbangan dan keputusan menjadi rusak bila orientasinya hawa nafsu. Strategi dan implementasi menyimpang karena dorongan hawa nafsu. Bila akal rusak maka buah pikiran pun akan rusak pula.
Cara mendidik hawa nafsu hanya dengan memisahkannya dari apa yang digandrunginya. Mengambil kebutuhan dan membuang keinginan dan gaya hidup. Yang melampaui batas akan menyuburkan dan memperkokoh hawa nafsu. Bagaimana mengetahui batasnya? Ikutilah syariat-Nya.
Menyinari hati dengan bangun di sepertiga akhir malam. Saat Allah turun ke langit dunia untuk menebarkan ampunan dan rahmat-Nya. Bukankah yang bisa membolak balikan hati hanya Allah? Bukankah yang bisa membimbing hati hanya Allah? Dengan cahaya hati dari Allah, hawa nafsu diberi rahmat-Nya sehingga tidak melampui batas dan menyimpang. Hawa nafsu menjadi teman seperjalanan dan seperjuangan.
Menyendiri berarti menghalau kepungan fitnah dunia. Mengurangi ketertarikan akal dan hati dengan gemerlapnya dunia. Mengurangi interaksi panca indera dengan sentuhan dunia. Terjun ke dunia hanya untuk mengemban amanah kekhalifahan saja bukan bersenda gurau dengan dunia.
Para Walisongo terjun mengarungi dan bergelut dengan dunia untuk membangun kesultanan Demak, Cirebon, Banten, Gresik, Kalimantan dan kesultanan lain di Indonesia Timur. Memerangi Portugis di Malaka dan Sunda Kelapa yang akan menjajah Nusantara. Serta menanam jiwa merdeka yang hanya tunduk kepada Allah sebagai modal perlawanan terhadap para penjajah di kemudian hari.
Para Walisongo bergelut dengan kehidupan untuk membangun pertanian, perdagangan, pembangunan infrastruktur, pendidikan, kebudayaan, kesustraan dan keprajuritan. Semuanya diawali dari penempaan diri untuk menjalani jalan para ruhani.
Sumber:
Rachmad Abdullah, Walisongo, Al Wafi Publishing
0 komentar: