Gerakan Rahasia Syeikh Yusuf Al Makassar Untuk Perlawanan Terhadap Belanda dari Pengasingannya di Srilanka
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Syeikh Yusuf Al Makassar berjuang melawan Belanda bersama Sultan Ageng Tritayasa dan Pangeran Purbaya. Sultan Ageng Tritayasa tertangkap lalu ditahan di benteng Batavia. Menyusul Syeikh Yusuf pun tertangkap. Menurut Buya Hamka, tertangkapnya Syeikh Yusuf terdengar oleh Sultan India, Aurangzib. Apa reaksinya?
Awalnya dihadapkan di depan pengadilan, akan dihukum mati dengan alasan penghasut perang. Namun, Sultan India meminta melalui perwakilan Belanda di India agar hukuman matinya ditinjau ulang karena sang Syeikh merupakan ulama yang dihormati di negri India. Pengembaraan Syeikh Yusuf ke Timur Tengah hingga ke Turki membuat jaringan diplomatiknya sangat luas. Akhirnya, Syeikh Yusuf diasingkan di Srilanka.
Menurut Azyumardi Azra, berita penahanan Syeikh Yusuf menyebar di Batavia dan dielu-elukan sebagai pahlawan besar dalam perjuangan melawan Belanda, bahkan kunyahan sirihnya dipungut para pengikutnya ketika meludah dan disimpannya sebagai peninggalan keramat. Belanda khawatir ada gerakan besar untuk membebaskannya, maka untuk menghindari ini semua Syeikh Yusuf diasingkan di Srilanka. Bagaimana kiprah Syeikh Yusuf dipengasingan?
Di Kesultanan Banten, Syeikh Yusuf sibuk ketatanegaraan dan jihad. Di Srilanka, dia sibuk dengan keilmuannya. Ulama India dan jamaah haji Nusantara belajar, meminta dituliskan kitab hingga mengangkatnya sebagai mursyid thariqah. Syeikh Yusuf pernah belajar dan mengajar di Aceh, Makassar dan Banten. Jaringannya di Nusantara sangat luas. Dia mengirimkan juga risalahnya untuk muridnya melalui jamaah haji Nusantara. Para muridnya juga menyalin memperbanyak risalahnya lalu menyebarkannya.
Kondisi perlawanan terhadap Belanda pasca penangkapan Syeikh Yusuf tidak pernah berhenti. Menurut Hamka, di tahun 1686 M, Sultan Iskandar yang Dipertuan Minangkabau menjalin kontak rahasia dengan Sultan Aceh, Sultan Mataram, Sultan di Kalimantan dan Andalas Timur agar berserikat melawan Belanda untuk meninggikan harga diri umat Islam. Terpikirlah oleh Belanda bahwa salah satu sumber penting semua pergolakan melawan Belanda tidak ada di Nusantara tetapi di Srilanka.
Menurut Azyumardi Azra, hubungan Syeikh Yusuf yang luas dan intens melalui jamaah haji Nusantara, dicurigai Belanda akan membentuk jaringan yang lebih luas lagi hingga terdiri atas berbagai penguasa Muslim di Nusantara, yang akan melakukan peperangan serentak dan dalam skala besar terhadap Belanda. Kekhawatiran akan reaksi politis dan religius hubungan Syeikh Yusuf dengan orang-orang senegrinya, membuat Belanda membuat langkah strategis baru pada 1693 M.
Syeikh Yusuf Al Makassar dengan tulisan risalahnya dan genggaman tasbih di tangannya, tersimpan kekuatan yang lebih tajam dari pedang. Tidak ada jalan lain kecuali disingkirkan lebih jauh lagi ke tempat yang tidak didatangi oleh para jamaah haji yaitu Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Sumber:
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara Abad ke 17 dan 18, Kencana
Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, GIP
Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
0 komentar: