Takut Karena Sebuah Mimpi
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Tersiksa di dunia. Apa penyebabnya? Walapun menggenggam kekayaan dan kekuasaan tertinggi, mengapa tersiksa di dunia? Terpenuhinya seluruh kebutuhan raga, berarti tak tersiksa? Yang mudah tersiksa itu jiwa. Jiwa seperti apa yang terus tersiksa?
Tersesat yang jauh. Apakah intelegensi dan gelar akademik yang tinggi terhindar dari ketersesatan? Apakah para ilmuwan, intelektual dan penemu terhindar dari kesesatan? Apa penyebab kesesatan yang jauh?
Firaun dan Namrudz itu tersiksa hanya karena sebuah mimpi. Padahal kekuasaan dan kekayaan masih dalam genggaman. Mengerahkan intelejen dan pasukan yang besar hanya karena ketakutan akan sebuah mimpi. Ketakutan hanya karena seorang pemuda. Ketakutan hanya karena bayi yang baru lahir. Jiwa manusia sangat labil walapun gelar kebesaran, keperkasaan dan keagungan telah ada dalam genggamannya.
Nebukandezar membunuh beberapa orang karena tak bisa menafsirkan mimpinya. Mengapa raja yang kekuasaannya sangat besar ketakutan hanya karena mimpi? Padahal dia mampu menguasai wilayah yang luas dan menaklukkan para raja dan panglima perang hebat? Mengapa tiba-tiba takut hanya karena mimpinya? Ini sebuah fakta yang amat nyata dalam panggung sejarah.
Sehebat apa pun manusia pada dasarnya lemah. Takut dengan prediksi dan proyeksi yang buruk. Khawatir dengan berita dan informasi. Cemas hanya dengan bisikan, was-was dan persepsi. Siapapun mengalaminya walau pun manusia tersebut mengaku tuhan.
Intelegensi, ilmu dan gelar akademis hanya kumpulan informasi pengetahuan. Perannya hanya bagaimana agar kehidupan ini mudah dan cepat. Namun tak pernah bisa mencapai kebenaran. Kebenaran itu hanya dari Allah. Yang ditopang oleh keimanan dan ketaatan pada syariat-Nya. Mencampakkan jalan ini berarti diliputi kesesatan yang jauh.
Iman pada akhirat, itulah kunci agar tidak jatuh pada jurang siksaan ketakutan dan kesesatan. Akhirat membawanya pada tanggungjawab akan membangun dan memelihara kehidupan. Tak mempersoalkan lagi sesuatu yang datang dan pergi. Tak ada ego diri, dan hawa nafsu lagi yang membawanya pada kesesatan. Cukup sederhana mengimani akhirat.
0 komentar: