Takdir-Nya Dalam Liputan Asmaulhusna-Nya
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Allah menjelaskan sejarah penciptaan alam semesta dalam Al-Qur'an, untuk apa? Agar manusia tahu bahwa penciptaan alam semesta lebih dahsyat dari pada penciptaan manusia yang dimulai dari sari pati tanah, lalu menjadi mani yang bertemu dan dikumpulkan di dalam rahim. Bukankah manusia lebih terpesona yang ada di luar tubuhnya? Apalagi bila lebih dahsyat dari penciptaannya.
Ketakjuban dan keterpesonaan akan mendorong manusia untuk meneliti dan mempelajari. Mendorong munculnya kerendahan hati dan kepasrahan. Tergugah keperkasaan dan kemuliaan yang menciptakan. Lalu, hadir ketauhidan dan tidak mempersekutukan Sang Penciptanya.
Allah menegaskan penciptaan gunung. Air-air yang dipancarkan. Tumbuhan yang ditumbuhkan. Dan, memenuhi seluruh kebutuhan yang diperlukan bagi manusia. Untuk apa? Agar manusia paham bahwa tidak ada penolong dan pemberi syafaat kecuali hanya Allah.
Sebelum alam semesta diciptakan, Allah memerintahkan Qalam menulis seluruh rangkaian kejadian sejak penciptaan alam semesta hingga Hari Kiamat. Allah Maha rahman, rahim dan lembut. Maha bijaksana, adil dan mengetahui. Seluruh takdir ditulis dari pancaran Asmaulhusna-Nya. Inilah konsep menyikapi takdir-Nya.
Allah menciptakan alam semesta, yang terakhir manusia yaitu Nabi Adam. Allah menulis takdir manusia lalu menciptakan seluruh kebutuhan yang diperlukan manusia. Allah melatih dan membekali manusia di Surga. Setelah siap, barulah diturunkan di muka bumi. Apakah Allah pernah menzalimi manusia?
Saat Ubadah bin Shamit, Sahabat Rasulullah saw, saat akan wafat, dipanggillah putranya. Diwasiatkan bahwa ketakwaan dan ilmu yang sempurna hanya didapatkan bila beriman kepada Allah dan takdir baik dan buruk. Lalu dipaparkan tentang sabda Rasulullah saw tentang sejarah penciptaan alam semesta. Seperti inilah cara Sahabat Rasulullah saw mendidik tentang ketauhidan dan takdir.
Karakter pasrah, sabar, ridha dan tawakal berakar dari ketauhidan dan iman kepada takdir -Nya. Bila takdir-Nya diliputi oleh Asmaulhusna-Nya, apalagi yang dikhawatirkan? Bila seluruh kejadian berdasarkan kehendak tunggal Allah yang Rahman dan Rahim, apalagi yang ditakutkan? Inilah takwa dan ilmu yang sempurna.
0 komentar: