Hidup itu Hanya Ujian Cinta
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Kenikmatan surga berlipat tak terhingga dibandingkan dunia. Andaikan nikmat surga sama dengan dunia, itu sudah lebih dari cukup. Sebab kebahagiaan akhirat itu bukan surga. Tetapi, bertemu dengan Allah.
Bila nikmat makan dan minum masih diburu. Bila nikmat seksual masih jadi obsesi. Bila nikmat berkuasa dan harta menjadi puncak cita-cita tertinggi, bertanda hawa nafsu masih menyelimuti. Padahal semuanya tak berarti, sebab semuanya akan lenyap.
Puncak kebahagiaan itu ada dalam rukuk dan sujud. Ada dalam tasbih. Ada dalam istighfar dan pengakuan kehambaan. Puncak kesengsaraan itu saat diri mengakui masih ada Ilah selain Allah.
Di akhirat kelak tak lagi butuh kenikmatan surga. Sebab, kenikmatan surga hanya pengulangan nikmat yang ada di dunia. Yang diharapkan hanya ingin bertemu lalu menatap wajah Allah. Bertasbih dan memuji-Nya. Bercengkrama bersama-Nya.
Saat rindu belum bisa tersampaikan yang bisa dilakukan hanya membaca firman-Nya, menyaksikan keindahan dan kemuliaan-Nya yang dipaparkan melalui wahyu-Nya. Mengikuti yang dicintai dan arahan-Nya. Melupakan hal diri, yang terpenting keridhaan-Nya.
Saat rindu masih tak tersampaikan yang bisa dilakukan hanya mengingat-Nya. Dunia seperti pembatas dan penjara dengan Sang Kekasih. Raga seperti penghalang berjumpa dengan-Nya.
Mengambil dunia hanya untuk menanti bertemu dengan-Nya. Memperindah dan mempercantik diri sebelum berjumpa dengan-Nya. Langkah di dunia hanya untuk membuktikan cinta, bahwa hati ini tak pernah sedikit berpaling dari-Nya. Kehidupan dunia hanya ujian cinta kepad-Nya.
0 komentar: