Tanpa Hiruk Pikuk
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Berkaryalah walaupun hanya sebuah goresan lurus sebuah pena. Kelak satu goresan akan berlanjut menjadi karya tak terduga. Satu goresan menumbuhkan ide dan imajinasi berikutnya yang tak terduga.
Bukalah jalan di hutan belantara. Satu orang menapaki, beberapa lalu jutaan orang yang mengikuti. Kelak di sepanjang jalan akan banyak rumah, bangunan dan aktivitas yang kompleks.
Ambilah cangkul. Hentakan ke tanah, tanamlah satu pohon, rawatlah, kelak dari tanah muncul makro dan mikroorganisme tanah, mata air, oksigen, dan ragam buah. Hanya menunggu sambil merawatnya. Kelak ulat, burung dan jutaan manusia menikmati panennya.
Bendunglah air. Buatlah petakan tanah. Alirkan ke petakan agar menjadi sawah dan kolam. Tanam dan peliharalah sepasang ikan. Kelak panennya akan dinikmatinya.
Karakter pembangun sering kali hanya sendirian. Menikmati kerja keras, keuletan, keteguhan dalam keheningan, kesenyapan dan kesunyian. Itulah yang disebut oleh Rasulullah saw sebagai Guraba. Sunyi dalam keramaian. Berkarya tanpa tepukan tangan.
Di era akhir zaman, lebih butuh karakter guraba, seperti sabda Rasulullah saw, yang siap memegang bara api. Siap menjadi aneh dengan karya tanpa pujian. Dengan bara api, sampah menjadi pupuk. Yang keras tak bisa dibentuk diubahnya menjadi sesuatu. Seperti besi yang dilunakan menjadi peralatan.
Terlalu banyak energi dan waktu yang terbuang demi hiruk pikuk dan sanjungan, padahal semuanya kosong. Seperti balon tanpa isi. Semakin besar, semakin tak berisi. Para guraba memilih jalur sunyi yang penuh dengan keringat. Daripada panggung besar yang penuh gelak tawa yang berisi hanya nyanyian dan senda gurau.
0 komentar: