Shalat Rekaman Pertarungan Hidup
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Pertarungan tidak saja pada kehidupan tetapi juga pada saat mendirikan shalat. Kemenangan saat shalat terbawa pada kemenangan di kehidupan. Kemenangan di kehidupan membawa pada kemenangan saat shalat.
Shalat adalah medan pertarungan agar tetap tersambung dengan Allah di tengah berbolak-baliknya hati dan pikiran atas hembusan bisikan syetan, ego nafsu, ragam keinginan dan obsesi. Hidup adalah pertarungan apakah napak tilasnya mengikuti kehendak diri atau kehendak Allah. Dua medan pertarungan yang tak terpisahkan.
Puncak kemenangan dalam shalat adalah khusyu. Puncak kemenangan kehidupan adalah Ihsan. Allah melihat dan mendengar setiap bisikan hati dan yang nampak. Allah mengetahui setiap rencana dan karya, baru sebatas niat maupun amal.
Suasana dan rasa dalam shalat merupakan efek dari semua kiprah yang dilakukan di medan kehidupan. Suasana dan rasa dalam mengarungi tantangan kehidupan merupakan cerminan dari apa yang dirasakan dalam mendirikan shalat. Bila shalatnya baik akan baik dunia dan akhiratnya. Bila kiprah kehidupannya sesuai tuntunan Allah dan Sunnah Rasulullah saw akan khusyuk pula shalatnya.
Bukankah para ulama sufi menjelaskan bahwa kemaksiatan di medan kehidupan membuatnya tidak bisa mengerjakan shalat malam? Bukankah makanan yang berasal dari yang tidak jelas membuat muncul kemalasan mendirikan shalat? Sepak terjang kehidupan dan shalat tak bisa dipisahkan.
Shalat adalah muhasabah diri tentang sepak terjang kehidupan. Bila tak khusyu. Bila bisikan nafsu, ego dan syetan yang mendominasi. Bisa jadi itulah yang menguasai kehidupan kesehariannya. Apa yang hadir dalam shalat itulah yang mendominasi dan menjadi prioritas kehidupan. Kepalsuan diri terbongkar di saat mendirikan shalat.
Bukankah dalam kulit, mata, telinga dan seluruh komponen tubuh terdapat memory yang menyimpan data sepak terjang nanusia? Semuanya akan menghitamkan hati atau menjernihkannya. Semuanya terlihat jelas di saat mendirikan shalat. Shalat itu buah rekaman dari keseharian manusia.
0 komentar: