Pola Takdir
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Hukum dunia itu sangat unik. Sebab akibat di dunia itu sangat aneh. Pola takdir itu seringkali bertentangan dengan logika ego manusia. Meruntuhkan ego selalu beriringan dengan pola takdir yang tercatat di Lauhul Mahfud.
Ingin menguasai kekuasaan? Jangan mencintai kekuasaan. Ingin menguasai kekayaan? Jangan mencintai kekayaan? Ingin menguasai seluruh yang ada di muka bumi? Jangan mencintai dunia. Cintailah akhirat. Itulah pola takdir yang tergores di Lauhul Mahfud.
Umar bin Khatab menjadi khalifah yang paling cepat perluasan kekuasaan, kemakmuran, dan kekuatan militernya. Di era inilah, Kaisar Heraklius mengucapkan selamat tinggal pada Syam dan pindah ke Konstantinople. Romawi terusir dari Timur Tengah. Di era ini pula, Persia runtuh. Sang Kisra meminta bantuan ke kaisar Cina namun tak mendapatkan bantuan karena kaisar Cina pun takkan mampu menghadapi kekuatan muslimin. Apa penyebabnya?
Tentara kaum Muslimin sedikitpun tak berkhianat pada harta rampasan perang. Tak berkhianat pada harta milik masyarakat. Tak berkhianat pada kekayaan dan anggaran negara. Mereka tak berani mengambilnya walaupun hanya satu buah jarum atau satu potong pakaian pun.
Umar bin Khatab, gubernur, pejabat dan pegawainya hidup hanya sebesar gaji yang diterimanya. Menolak hadiah. Setiap keinginan yang dituruti dianggap sebuah prilaku yang melampaui batas yang keji. Dengan cara inilah kekuasaan, kemakmuran dan kekuatan terjaga dan bertambah. Bagaimana nasib penguasa dan pejabat yang rakus? Tercabut semua kekuatannya.
Kekayaan Utsman bin Affan tetap langgeng dan tumbuh hingga sekarang. Padahal sudah berusia 14 abad lamanya. Adakah hartawan yang bisa melanggengkan hartanya? Mungkin hanya Utsman bin Affan. Semua berawal dari wakaf sebidang tanah dan sumur.
Pada perang Tabuk Rasulullah saw, Rasulullah saw "menghentikan" infak Utsman bin Affan karena terlewat banyak. Saat Madinah dilanda kelaparan, seluruh dagangannya diberikan ke pada masyarakat. Kekayaan itu terus bertambah saat tak mencintai kekayaan. Seperti itulah goresan pena takdir-Nya.
0 komentar: