Bahagia Dari Kebun
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Setiap melihat kebun, walaupun hanya berupa kiriman foto, muncul optimisme. Perasaan ini tidak pernah ada baik dalam pekerjaan maupun usaha yang pernah digeluti. Mengapa seperti ini ya?
Tumbuh calon pucuk baru pun sudah bahagia. Melihat daun menghijau pun bahagia. Melihat tumbuhan bergoyang ditempa angin. Mengkilapnya dedaunan diterpa sinar matahari. Ulat dan semut yang merayap. Kupu-kupu yang hinggap. Jaring rumah laba-laba di antara ranting. Semuanya menciptakan bahagia. Jadi, apakah itu bahagia?
Menyendiri di kebun, laksana di surga. Mungkinkah karena dipenuhi warna surga? Mungkinkah karena dikepung makhluk-Nya yang senantiasa bersujud dan bertasbih? Mungkinkah suasananya yang hening dengan hanya gesekan ranting, hembusan angin dan suara burung? Suara alam membahana di tengah keheningan dan kesendirian. Jadi apa arti ketentraman itu?
Saat di kebun, entah mengapa merasa menjadi yang paling bahagia di kolong jagat? Merasa paling tentram dan nyaman. Merasa semua kepenatan dan kegelisahan lepas tuntas. Padahal tak ada yang dilakukan? Hanya duduk menyendiri. Jadi kepenatan itu soal apa? Banyak persoalan? Atau hanya cara berfikir dan suasana jiwa?
Kontur tanah datar dengan berundak, lebih indah yang berundak. Kontur tanah perbukitan dan pegunungan lebih indah dari yang datar, begitu pun perkebunannya. Naik turun ternyata lebih indah. Terpaan angin lebih terasa. Seperti ombak, lebih indah bila ada gelombang. Namun mengapa manusia takut dengan gelombang kehidupan?
Keindahan kebun menjadi bertambah bila di bawahnya terhadap mata air, sawah dan selokan jernih. Dasar bebatuannya terlihat jelas. ikan-ikan kecil berenang-renang. Persis seperti gambaran kebun dalam Al-Qur'an. Perbukitan, kebun, air yang mengalir dan ladang itulah fenomena terindah. Padahal tidak ada campur tangan manusia dalam mendesainnya.
Yang kaya, mengeluarkan uang yang banyak untuk menikmati keindahan. Yang tinggal di desa, setiap hari gratis menikmatinya. Setiap manusia menikmati hal yang sama walaupun tingkat kekayaannya berbeda-beda dan bertingkat-tingkat. Bahagia tak harus kaya dan berkuasa.
0 komentar: