Semuanya Perhiasan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Seluruh yang ada di alam semesta pada dasar adalah perhiasan. Bukan hanya emas permata, bahkan batu, pasir, akar pohon, rumput bahkan serangga pun bisa menjadi perhiasan. Dalam setiap ciptaan Allah ada keindahan karena diciptakan oleh Yang Maha Indah dan Sempurna.
Keterbatasan itu indah. Keberlimpahan itu indah. Orang kota melihat keindahan di desa. Orang desa melihat keindahan di kota. Yang hidup di pantai, melihat keindahan pegunungan. Yang hidup di gunung melihat keindahan pantai. Keindahan ada di setiap sudut dan ruang.
Bila semuanya adalah perhiasan, bagaimana mengubah dan menyulapnya menjadi perhiasan? Tanah liat dibentuk jadi perhiasan. Batu dan kayu dipahat jadi perhiasan. Pasir dan bebatuan kecil disusun menjadi perhiasan dan permainan. Allah menguji akal manusia untuk mengubahnya menjadi perhiasan. Allah ingin melihat siapa yang paling baik amalnya.
Allah menjadikan dunia sangat indah di hati yang gandrung pada dunia, juga yang kafir. Inilah pangsa pasar. Apapun yang dibuat akan diminati dan diburu. Bukankah yang gandrung pada dunia lebih banyak dari yang gandrung pada akhirat? Para pecinta akhirat seharusnya yang menjadi pengendali kehidupan, karena sumber daya para pecinta dunia sangat mudah untuk dikumpulkan, diberdayakan dan dimanipulasi.
Harga seekor burung, ikan dan tumbuhan bisa mencapai milyaran. Harga seekor kuda melebihi harga mobil mewah. Harga benda yang dianggap pusaka bisa menjadi rebutan. Harga kaos pemain bola pun hingga milyaran nilainya. Harga sertifikat sekolah dan gelar palsu pun bernilai jutaan. Itulah contoh bahwa segala hal merupakan perhiasan yang manfaatnya hanya untuk saling membanggakan.
Membuat sesuatu atau karya harus berorientasi menjadi perhiasan. Harus ada keindahannya. Harus menjadi hal yang dibanggakan dan diperebutkan. Itulah fitrah dasar yang disematkan pada manusia. Itulah yang sudah Allah sematkan dari apapun yang ada di alam semesta ini.
Seonggok sampah pun diperebutkan banyak orang. Hingga menjadi sumber pertengkaran antara ormas preman. Hasil bakaran sampah pun dicari dan diburu. Bila semuanya perhiasan, mengapa masih banyak yang bingung akan berkarya apa? Melakukan apa?
0 komentar: