Rahmat Allah di Musim Kering
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Di musim kemarau masih terlihat pucuk daun muda yang baru mekar. Bermunculan bunga yang kelak bisa berubah menjadi buah-buahan. Daerah yang cendrung kering justru keberlimpahan panen buah-buahan.
Di daerah kecamatan Jetis Cilacap, daerah yang sangat kering. Dikelilingi pegunungan kapur dan laut selatan. Namun menjadi penghasil buah semangka. Saat manusia kekurangan air, Allah menyediakan tumbuhan yang bisa hidup dengan kebutuhan air yang minimal dengan buah yang berlimpah airnya. Seperti kisah Nabi Yunus yang terdampar di pantai yang kering.
Di daerah kecamatan Jampang Sukabumi Selatan. Bila dilihat dari peta curah hujan Badan Meteorologi dan Geofisika, terlihat daerah yang kering. Namun sangat terkenal dengan hasil buminya. Beberapa produk pertanian tersentralisas di kecamatan Jampang. Ada apa dengan fenomena kekeringan?
Allah menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan. Kekeringan tidak menjadi persoalan seandainya manusia mampu mengelola air di musim hujan. Setiap rumah semestinya memiliki sumur resapan untuk menampung air hujan yang turun dari atap rumah. Seluruh air hujan dimasukan ke sumur resapan. Seperti itu Nabi Yusuf mengajarkan.
Musim kemarau justru berpotensi memperbaiki pertumbuhan tanaman. Di saat kering, akar tanaman lebih mudah menyerap unsur hara yang bernama Kalium. Bila terlalu banyak air, Kalium tidak bisa diserap secara sempurna. Apa fungsi Kalium bagi tumbuhan?
Kalium memperkuat batang. Kalium dapat merangsang buah. Para petani sering menggunakan pupuk kimia KCL untuk merangsang buah agar lebat. Kalium membuat tumbuhan lebih banyak berbuah dan berumur lebih panjang. Pupuk dari sabut kelapa banyak mengandung unsur Kalium sebesar 10%.
Kebanyakan tanaman tidak terlalu butuh banyak air, hanya butuh kelembaban saja. Menjaga kelembaban di musim kemarau hanya menutupi tanah dengan dedaunan dan tangkai saja. Atau menjaga kehidupan sejumlah mikroorganisme tanah yang membuat akar memiliki daya tahan terhadap kekeringan. Sayangnya semuanya beralih ke kimiawi.
0 komentar: