Ragam Pelajaran
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Orang mukmin bagai orang yang menanam pohon kurma namun khawatir berbuah duri. Orang munafik menanam pohon berduri tetapi berharap bisa memetik kurma. Mukmin selalu waspada. Munafik selalu terpedaya.
Berinteraksi dengan dunia seperti berinteraksi dengan api. Manfaatkan namun jangan sampai terbakar apalagi menjadi debu. Seperti ucapan tabiin Sulaiman Addarani, ibadah yang tentram dimulai dari memiliki dua roti kering di rumah.
Siapakah manusia yang layak mendapatkan predikat manusia? Ulama. Siapa para raja itu? Yang berzuhud. Siapakah golongan rendahan itu? Yang makan melalui agamanya. Mengorbankan agamanya untuk mendapatkan dunia.
Abdullah ibnu Mubarak hidup di era 200 Hijriah, dia gemar menyendiri di rumah. Sahabat bertanya, "Tidakah kesepian?" Dijawab, "Bagaimana kesepian, sedangkan aku bersama Rasulullah saw?" Bila selepas shalat, Abdullah ibnu Mubarak pergi. Sahabatnya bertanya, "Mengapa tidak bersama kami?" Dia menjawab, "Aku pergi duduk bersama para Sahabat dan Tabiin melalui atsar dan amal mereka."
Khalifah Harun Al Rasyid pergi ke sebuah daerah. Dilihatnya banyak orang yang berkumpul disebuah tempat. Banyak sendal yang putus. Debu pun berterbangan. Itulah majlis Abdullah ibnu Mubarak. Khalifah berkata, "Itulah kerajaan yang sesungguhnya, sedangkan banyaknya orang yang bersama ku karena kemiliteran dan pengawalan."
Nabi dan Rasul tidak akan diutus kembali. Namun tugas kenabian dan kerasulan tetap terus berjalan. Tugas itu berupa penyebaran ilmu dan membina generasi. Seperti itulah ijtihadnya Abdullah ibnu Mubarak. Sebab itulah, kekayaan Abdullah ibnu Mubarak dihabiskan untuk menuntut dan menyebarkan ilmu.
Tabiin asal Mesir yang bernama Saad bin Laits bila bersedekah nilainya 1.000 dinar (hampir 3 milyar) untuk satu orang. Pendapatannya dalam satu tahun 80.000 dinar (menyentuh 300 milyar). Setiap hari, selesai shalat fardhu menyediakan makanan gratis untuk 1.000 orang. Bagi muridnya yang tidak mampu, biaya pulang pergi belajar ditanggungnya. Itulah keberkahan harta di tangan ulama yang shadiq
0 komentar: