Nilai Tambah Bersih dalam Berkebun
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Ahad pagi membantu adik yang sedang mencari bibit pisang. Dengan perubahan target dari 1.000 pisang ke 2.000 membutuhkan energi untuk pencarian bibit pisang. Tim dikebun pun ditambah untuk fokus mencari bibit menanam pisang saja.
Saat menggali pongkol pisang di rumah tetangga, dia berkata bahwa entok dan ayam sering memakan daun dan batang pisang yang masih kecil. Ini sebuah informasi yang berharga sekali.
Di kebun, satu pohon Alpukat di kelilingi oleh 4 pohon pisang, artinya kelak satu rimbunan pohon pisang yang jumlahnya banyak bisa mengganggu pertumbuhan Alpukat. Bagaimana agar tidak terjadi?
Rimbunan pohon pisang harus dikurangi hanya menjadi 3 pohon saja, agar tidak mengganggu Alpukat dan produksi buah pisangnya tetap baik. Persoalannya, anak pohon pisang yang diambil untuk proses penjarangan akan dibuang kemana? Hanya menjadi pupuk sampah saja?
Dari 2.000 pohon kelak akan menjadikan 6.000 dalam dua tahun, akan dikemanakan tunas anakan pisangnya yang sangat banyak ini? Bisa digunakan sebagai mulsa tumbuhan tumpang sarinya. Kedua, diolah menjadi pakan kambing, entok atau ayam.
Kelak akar pisang yang menembus tanah akan menjadi pupuk organik. Kedebong pisangnya sebagai mulsa, pupuk organik dan pakan ternak. Berkali-kali lipat nilai tambah dari pohon pisang.
Menurut BJ Habibie, yang harus dikejar oleh sebuah bangsa adalah Nilai tambah Bersih yaitu tambahan penghasilan harus melampaui tambahan biaya. Ini bisa dilakukan dalam bertani dan berkebun dengan melibatkan semakin panjang rantai makanannya.
0 komentar: